Soal Kematian Paus di Wakatobi, PKS Muda: Indonesia Darurat Sampah Plastik

Koordinator Nasional PKS Muda, Yoandro Edwar (dok Humas PKS)
Koordinator Nasional PKS Muda, Yoandro Edwar (dok Humas PKS)

Jakarta (21/11) -- Kasus kematian paus di Wakatobi menarik reaksi keras di masyarakat. Koordinator Nasional PKS Muda, Yoandro Edwar mengatakan hal ini merupakan peringatan keras bahwa Indonesia darurat sampah.

Ia mendesak pemerintah segera menegakan aturan peredaran plastik di masyarakat dan memberikan sanksi bagi yang mengindahkan aturan tersebut.

"Tidak ada kata lain, aturan tentang peredaran plastik yang beredar harus bisa berdaur ulang. Stakeholder harus membuat skema pengolahan plastik hingga ancaman yang tegas bagi pihak yang mengindahkan aturan tersebut," jelas pria yang akrab disapa Bang Iken ini.

Bangkai mamalia air ini ditemukan di perairan Desa Kapota Utara, Wakatobi, Senin (19/11) lalu. Dalam sebuah cuitan, lembaga WWF Indonesia merinci apa saja yang ditemukan di dalam perut bangkai hewan tersebut.

"5,9 kg sampah plastik ditemukan di dalam perut paus malang ini! Sampah plastik yaitu: plastik keras (19 pcs, 140 gr), botol plastik (4 pcs, 150 gr), kantong plastik (25 pcs, 260 gr), sandal jepit (2 pcs, 270 gr), didominasi oleh tali rafia (3,26 kg) & gelas plastik (115 pcs, 750 gr)."

Merespon hal ini, Iken berpandangan pengurangan sampah plastik sudah mendesak untuk digalakkan. Ia menyebut, setidaknya ada dua hal yang dapat dilakukan oleh masyarakat, khususnya kaum milenial, yakni penggunaan tumblr dan terlibat dalam bank sampah.

Kedua hal ini disampaikan Iken saat momen satu tahun PKS Muda pada 28 Oktober 2018 lalu.

"Penggunaan tumbler selain dapat mengantikan minuman berkemasan juga untuk melestarikan lingkungan dan bagus untuk kesehatan. Selain itu, milenial juga harus terlibat dalam kegiatan bank sampah. Edukasi sampah di lingkungan sekitar, diawali dari memilah hingga dimanfaatkan jadi pendapatan," ujar Iken.

Sebagai informasi, lima negara di Asia—Cina, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Thailand—menghasilkan 60% limbah plastik di lautan, menurut laporan tahun 2015 yang disusun lembaga Ocean Conservancy and the McKinsey Center for Business and Environment.

Akibatnya, sejumlah hewan laut diyakini mati akibat sampah plastik setiap tahun. Pada Juni lalu, seekor paus pilot mati di bagian selatan Thailand setelah menelan 80 kantong plastik.

PBB menyatakan kehidupan biota laut menghadapi "kerusakan yang tak bisa diperbaiki" akibat sekitar 10 juta limbah plastik yang dibuang ke laut setiap tahun.

Jumlah produksi sampah yang dihasilkan sebuah negara berbanding lurus dengan jumlah penduduk. Oleh karena itu, perlu kebijakan serius pemerintah dalam hal ini. Mengingat Indonesia kaya akan laut dan biota laut harus kita dilindungi.