Wali Kota Itu Milik Warga Sekaligus Keluarga
Oleh Erwyn Kurniawan
Air mata itu akhirnya menetes. Menganaksungai di pipi. Membasahi kulit wajah seorang ayah saat anaknya membacakan puisi berjudul: Buya Kami Rela.
Mahyeldi Ansharullah tak mampu membendung gelombang harunya. Bait-bait puisi itu begitu menggedor dinding jiwa Walikota Padang itu.
Walaupun hari-hari kami tidak selalu bisa bersama Buya, tetapi sedikit waktu bertemu Buya begitu bermakna.
Walau tidak ada libur bagi Buya,Tapi pertemuan sejenak dengan Buya penuh dengan kehangatan.
Walau pernah kami merasa ingin pergi berlama- lama bersama Buya, tapi kami sadar bahwa,Buya bukan milik kami saja, tapi sudah menjadi milik semua Warga.
Walau kadang Buya dihina, difitnah sesuatu yang tidak Buya lakukan, tetapi Buya selalu sabar.
Kadang-kadang kami ingin marah, tapi Buya bilang balaslah kejahatan dengan kebaikan anakku.
Ma'afkan kami Buya yang tidak selalu membuat Buya bangga.
Kami hanya bisa berdo'a semoga Buya tetap Istiqomah dalam menjalankan amanah dan diberikan kesehatan.
Dan kami berdo'a semoga kita semua berkumpul di Sorga.
Begitu Fauzana Syamila membacakan puisinya saat acara peluncuran buku ayahnya yang berjudul: Mahyeldi, Memimpin adalah Melayani. Tak hanya Mahyeldi yang menangis. Hadirin juga tak kuasa menahan haru.
Sebagai seorang pemimpin, membuat Mahyeldi hampir tak ada waktu untuk keluarga. Mulai beraktivitas bakda Subuh dan berakhir pada pukul 00.00. Setiap hari dia melakoninya. Bahkan, hari Ahad pun pria kelahiran Bukittinggi, 25 Desember 1966 itu tetap bekerja.
"Karena memimpin kota, maka saya harus sering berinteraksi dengan masyarakat setiap waktu. Mendengarkan keluhan dan masukan warga," ujar Mahyeldi.
Suami Harneli Bahar itu sadar akan kondisi tersebut. Agar relasinya dengan keluarga tetap dekat dan terawat, ada satu program rutin yang dia lakukan pada setiap hari kelahiran anggota keluarganya.
"Saya ajak semuanya pergi dalam satu mobil. Nah didalam mobil itu kami saling bicara, curhat dan diskusi. Setelah itu makan bersama," ungkap ayah sembilan anak itu.
Tips ini ampuh menjaga kualitas hubungannya dengan keluarga meski Mahyeldi tak bisa membersamai setiap saat. Mahyeldi memang sangat peduli dengan masalah keluarga. Dia pun membuat program 1821 pada 1 Muharram 1439 H untuk masyarakat Padang.
1821 adalah kondisi dimana warga harus bersama keluarga dalam rentang waktu pukul 18.00-21.00 WIB. Orangtua menemani anak belajar, mengaji dan aktivitas lainnya. Tidak boleh memegang handphone dan lainnya. Intinya, ayah dan ibu harus membersamai anaknya. "Program ini mendapat respons positif," kata Mahyeldi yang menjadi walikota Padang sejak 13 Mei 2014.
Kini, pemimpin yang peduli keluarga dan sarat prestasi itu kembali diamanahkan PKS untuk maju sebagai Calon Walikota Padang untuk periode 2018-2023.