Urip Tetap Hidupkan Semangat Kembara

Urip Kamanjaya
Urip Kamanjaya

Serang (28/08) -- Urip Kamanjaya adalah sosok yang membuat decak kagum peserta maupun panitia dalam kegiatan Kemah Bhakti Nusantara (Kembara). Dengan kondisi fisik yang tidak sempurna, tak membuatnya absen dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Bidang Kepanduan dan Olah Raga (BKO) DPW PKS Provinsi Banten setiap satu tahun sekali tersebut.

Urip merupakan kader PKS asal Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten. Ia telah aktif bersama partai anak muda enerjik dan intelek tersebut sejak era awal Partai Keadilan. Ia aktif mengikuti kegiatan Kembara, dulu dikenal dengan Mukhayam, pertama kalinya pada tahun 1999 di Gunung Gede, Bogor, Jawa Barat.

Menurutnya, kegiatan tersebut banyak memberikan kesan. Salah satunya ialah ketika perjalanan long march di medan yang sulit dan melelahkan.

“Saya sering dicegah panitia untuk melanjutkan kegiatan, karena khawatir jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya dalam rintangan outbond, seperti flying fox, berjalan di atas tambang, dan naik jaring laba-laba," ujar Urip (27/8/2017).

Keterbatasan fisiknya berawal pada waktu Urip duduk di kelas 6 SD atau sekitar umur 12 tahun.

“Waktu itu saat saya hendak menjemput Ayah saya yang sedang bekerja. Saya naik Kereta dan mengalami kecelakaan di Stasiun Bintaro. Kecelakaan itu terjadi sekitar tahun 1980-an yang membuat saya harus kehilangan kaki kiri, karena harus diamputasi.”

Urip juga menceritakan pengalaman lainnya ketika mengikuti Kembara di kawasan hutan lindung, sekitar pantai Anyer, Kabupaten Serang.

“Saya terpeleset dan jatuh berguling-guling saat long march karena kondisi jalan yang licin akibat hujan. Tetapi waktu itu sata tidak sendiri, saya ditemani sahabat-sahabatnya yang sigap menolong saya,” katanya.

Pernah suatu ketika tangan kirinya berdarah untuk menahan tongkatnya yang setia menemani kemana pun ia pergi. Namun kondisi itu tidak membuatnya menyerah. Ia terus berjalan bersama rekan-rekannya menyusuri bukit yang telah ditentukan oleh panitia dan tidak mempedulikan kondisi tubuhnya yang begitu letih.

“Suasana kebersamaan dan ukhuwah sangat begitu terasa. Suasana itulah yang membuat saya semakin bersemangat untuk menyelesaikan semua agenda Kembara,” ungkapnya.

Semua itu dilakukan Urip semata karena bentuk kecintaan dan ketaatan kepada partai yang ia cintai itu.

“Kegiatan ini juga merupakan kebutuhan untuk pribadi saya sendiri. Karena saya merasa bahwa setelah mengikuti Kembara, saya selalu mendapatkan suntikan semangat yang luar biasa dari rekan-rekan lainnya,” ujarnya.

Biasanya, usai mengikuti Kembara, ia makin menyayangi Istri dan anak-anaknya, mungkin karena telah ditinggal beberapa hari untuk kegiatan Kembara.

Ia sempat berpesan kepada seluruh kader PKS, agar tetap menikmati dalam mengikuti acara Kembara.

“Saya memaklumi jika ada rekan-rekan yang belum sempat mengikuti acara Kembara, mungkin karena belum mendapatkan izin cuti dari perusahaannya atau berhalangan karena kondisi badan yang tidak sehat. Namun saya menyayangkan, jika ada kader yang enggan ikut karena alasan bahwa kegiatan tersebut akan menguras energi. Di sini kader-kader PKS dididik untuk menjadi relawan yang selalu siap siaga diterjunkan di tempat bencana,” pesan Urip.

Panitia Kembara Syaiful Bahri mengatakan bahwa pihak panitia sebetulnya telah menyiapkan tenda khusus untuk memudahkan Urip di kegiatan tersebut.

“Tapi ia menolak rencana itu,” kata syaiful.

Saat ini Urip tinggal bersama istri dan dua anaknya di Desa Cisauk, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang. Anak pertamanya bernama Saif Hamasah, berusia 7 tahun, dan anak kedua bernama Syaifa Saukani baru berusia 1,5 tahun.

Untuk menghidupi keluarganya, ia bekerja di perusahaan percetakan digital, di kawasan Bumi Serpong Damai (BSD) Kota Tangerang, milik salah satu rekannya yang juga merupakan kader PKS Banten.

Dengan keterbatasan fisiknya, Urip tidak mau dibeda-bedakan dengan peserta lainnya. Seolah ia ingin mengatakan pada khalayak bahwa menjadi kader PKS tidak boleh cengeng, tidak mudah mengeluh walau dalam kondisi sesulit apapun. Terus berjuang sekuat tenaga hingga ia tidak mampu berjalan lagi. Seperti namanya, Urip yang artinya hidup.