Tahu Tempe Langka, Anggota FPKS: Kemana Kemendag ?

Jakarta (03/01) — Anggota DPR RI Komisi VI dari Fraksi PKS, Rafli, meminta Kementerian Pedagangan untuk mampu meredam keresahan konsumen terkait hilangnya stok tahu dan tempe di lapak pedagang dalam dua hari ini.

Menurut Rafli, kondisi ini dikhawatirkan berimbas meluas ke berbagai daerah. Hilangnya stok kedelai akibat imbas mogok produksi di kalangan perajin.

Ketiadaan tahu dan tempe di pasaran merupakan imbas dari bentuk protes terhadap kenaikan harga kedelai dari Rp7.200 menjadi Rp9.200 per kilogram.

“Kementerian Perdagangan (Kemendag) harus mampu mengatasi hal ini. Ini kemana Kemendag? jangan dianggap remeh-temeh persoalan inil. Keluhan dari perajin kedelai harus disikapi dengan langkah-langkah cepat. Konsumen sudah gelisah,” terang politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, Minggu (03/01).

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu pun menegaskan, sejak komoditas berbahan baku kacang kedelai itu hilang dari pasaran, banyak pedagang beralih menjual kentang goreng dan sayuran.

“Masyarakat tentu berharap, produsen kembali memasok tahu dan tempe sebab penggemar makanan tersebut cukup tinggi di warungnya. Namanya orang Indonesia kan favoritnya tahu tempe,” terangnya.

Rafli pun berpesan kepada produsen agar harga tahu tempe bisa stabil, namun kalaupun harus naik harganya tetap wajar dan bisa terjangkau.

“Walaupun harganya naik, yang penting ada. Yang penting naiknya terjangkau,” jelasnya.

Dari laporan yang diterima Rafli, terhitung mulai 1 hingga 3 Januari 2021, sejumlah perajin stop produksi. Ada sekitar 5.000 pelaku Usaha Kecil Menengah (UKM) yang memproduksi tahu dan tempe, sepakat untuk mogok produksi.

“Jika setiap harinya produsen memasok kebutuhan tahu dan tempe di Jakarta sebanyak 500 hingga 600 ton lalu menghilang, bagaimana dengan daerah lain. Kemendag jangan diam saja, harus ada langkah dan inisiatif cepat,” tegas politisi asal Dapil Aceh I itu.