Rofik Hananto: UMKM dan Pemuda Menjadi Kesatuan Utuh

PURBALINGGA -- Ketua BPJE DPP PKS Rofik Hananto mengatakan sebelum, selama dan paska pandemi Covid-19, UMKM dan pemuda harus menjadi kesatuan yang utuh.

"Sebab UMKM adalah soko guru ekonomi bangsa dan pemuda itu adalah bagian penting dari struktur demografi bangsa saat ini," katanya saat menjadi pembicara Webinar Kepemudaan bertema Kebangkitan UMKM dan Pemuda Pasca Pandemi dalam Perspektif Kearifan Lokal, Rabu (26/5).

Dalam webinar yang diadakan DPD PKS Pati, Jawa Tengah itu, Rofik menuturkan pentingnya membangkitkan semangat UMKM dan pemuda karena sampai saat ini pandemi masih berlangsung. Dan kita tidak tahu kapan masa pandemi ini akan berakhir.

"Salah satu yang hari ini berkembang adalah pemuda yang terjun ke dunia bisnis. Pemuda ketika berbisnis mempunyai ciri khas yang sangat berbeda dengan corporate style. Yakni, diawali dengan eksperimental. Pemuda melakukan uji coba berbagai model dan peluang yang ada," katanya.

Anggota DPR RI FPKS ini menambahkan, kondisi ini berbeda dengan zaman dulu yang ketika orang mau terjun ke dunia bisnis maka dia harus punya perencanaan yang kuat. Ada planning 1 tahun, 5 tahun, bahkan 10 tahun ke depan itu bisnisnya akan seperti apa.

"Kalau anak muda sekarang tidak. Karena perubahan terjadi begitu cepat. Sehingga eksperimental menjadi sangat kental di bisnis anak muda," ujar anggota DPR RI dari Dapil Jateng VII ini.

Selain itu, lanjut Rofik, bisnis akan muda sekarang mempunyai inovasi yang kuat. Dulu orang memakai market riset yang lama. Sekarang, anak-anak muda bisa membuat market riset dalam sehari bisa membuat ratusan sehingga mereka ketemu inovasi baru.

"Bisnis anak muda sekarang juga cekatan, prigel. Bisnis mereka juga rendah keruwetan dan tidak ribet. Mereka menciptakan bisnis model baru. Mereka menciptakan pos-pos baru pendapatan dengan cara-caranya sendiri," katanya.

Rofik menambahkan, ada 11 klaster bisnis yang menjadi ruang kreativitas anak muda di bawah usia 30 tahun yang disajikan Forbes dan dinilai setiap tahun.

Yakni entertainment and sports, bid money startup, media marketing adn advertising, social impact, finance and venture capital, the art, enterprise technology, retail and e-commerce, industry, manufacturing and energy, healthcare and science, dan consumer technology.

"Dari 11 klaster itu, 9 di antaranya ada dari Indonesia. Dari 2.500 anak muda di seluruh Asia, ketemu 300 anak muda di seluruh Asia dan sebagian dari Indonesia," katanya.

Menurut Rofik, ada 4 parameter bisnis dianggap bagus dan performa dianggap baik. Yakni diukur dari kekayaan dan aset, pendapatan, laba bersih, serta nilai pasar.

"Ini bisnis masa depan yang dikerjakan anak-anak muda sekarang. Yaitu digital marketing, plant based food (industry), sosiopreneur (social impact), serta retail e-commerce. Dan ini bisa dikerjakan oleh teman-teman UMKM juga," jelasnya.

Dalam kesempatan itu Rofik juga memaparkan tentang YWN atau Youth, Woman and Netizen. Tiga subkultur penggerak pasar paling dinamis saat ini.

"Mengapa pemuda harus tumbuh berkembang bersama UMKM? Karena anak muda itu adalah masa depan. Anak muda itu bebas dan berani. Kalau dulu orang bangga menjadi dewasa, kalau sekarang orang inginnya tetap muda," katanya.

Di akhir sesi, Rofik mendoakan UMKM di Kabupaten Pati bisa berkembang dan bisa mensejahterakan diri sendiri, keluarga, serta memberi manfaat yang banyak kepada masyarakat.

Sementara Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Pati Dra Wahyu Setyawati mengatakan, akibat pandemi muncul sejumlah permasalahan yang dihadapi UMKM. Antara lain permintaan pelanggan menurun, kekurangan modal, distribusi terhambat, sulit mendapatkan bahan baku, serta produksi melambat.

"Kemudian apa yang harus dilakukan oleh UMKM. Adalah muncul semangat untuk survive dan pemulihan paska pandemi. Masyarakat yang mempunyai usaha ayo periksa kondisi keuangan, status aset, dan utang. Buat bisnis plan yang baru. Catat semua pola pengeluaran dan buat manajemen resiko," tuturnya.

Dia menjelaskan, Pemkab Pati telah melakukan banyak kegiatan untuk pemberdayaan UMKM agar mereka bisa tetap bertahan masa pandemi. Di antaranya pembelian masker non medis, pembelian makanan untuk peningkat imun, memfasilitasi pelatihan untuk peningkatan SDM, serta peningkatan kemitraan usaha.