Bencana Banjarnegara: Kisah Jembatan Harapan dan Runtuhnya PAUD Setia Abadi

Semarang (22/6) -- Bencana banjir dan tanah longsor di Desa Gumelem, Kecamatan Susukan, Banjarnegara menyisakan kisah sedih dan asa yang membubung tinggi. Seperti yang terjadi di Dusun Pingin dan Dusun Trenggiling, Desa Gumelem. Di dua dusun ini, sebuah jembatan utama penghubung antar dusun hanyut terkena banjir dahsyat pada akhir pekan lalu.
 
Sontak, dengan hanyutnya jembatan tersebut membuat jalur antar dua dusun tersebut terputus total. “Sehingga jika dua dusun tersebut tak terhubung dengan jembatan, maka semua kegiatan masyarakat yang berjumlah 90 kepala keluarga (KK) dengan total penduduk 540 jiwa lumpuh total,” kisah Pratama Widodo, relawan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Tengah saat dihubungi dari Semarang, Rabu (22/6/2016).
 
Dua hari pasca terjadinya bencana tersebut yang menyebabkan putusnya jembatan penghubung antar dusun, inisiatif muncul dari warga dan para relawan yang terdiri dari Tentara Nasional Indonesia (TNI), Relawan Indonesia, Relawan PKS, Baznas dan Rumah Zakat. Inisiatif tersebut adalah membangun jembatan darurat menggunakan sarana bambu, yang digunakan secara sementara untuk menghubungkan dua dusun tersebut, terutama terkait suplai bantuan untuk korban bencana.
 
“Pekerjaan pembuatan jembatan ini adalah gotong royong warga masyarakat yang dibantu oleh relawan gabungan. Alhamdulillah Selasa kemarin sudah jadi, sehingga harapannya, semoga jembatan permanen segera bisa dibangun oleh pihak berwenang sehingga masyarakat lebih aman dalam aktivitas sehari-hari,” ujarnya.
 
Kisah pilu bencana di Banjarnegara juga muncul dari Dukuh Ndalem, Desa Gumelem Kulon, tak jauh dari Dusun Pingin dan Trenggiling. Selain jatuhnya banyak korban jiwa dalam bencana ini, sebuah bangunan penunjang asa anak-anak di Dukuh Ndares, yakni Gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Setia Abadi I runtuh dan hancur rata dengan tanah. Padahal, PAUD Setia Abadi I ini menampung siswa sejumlah 60 yang tersebar di tiga Rukun Warga (RW).
 
“Dengan hancurnya gedung PAUD dan semua sarana dan prasarana belajar, kami bingung kedepan terkait nasib anak-anak, mau belajar dimana,” kata Iin, salah satu Guru PAUD Setia Abadi dengan nada sedih.
 
Iin pun berharap ada pihak yang bersedia mengulurkan tangannya untuk membangun gedung PAUD tersebut, sehingga asa 60 anak-anak untuk kembali belajar dan bermain dengan ceria terwujud. ”Mohon dibantu ya, supaya PAUD kami segera dibangun kembali,” pinta Rustiani, salah satu guru PAUD lainnya kepada Imam Mudin, salah satu relawan PKS yang berada di lokasi kejadian.
 
Terjadinya bencana memang merupakan menyedihkan dan memilukan kita semua. Namun apalah daya, karena semua kejadian ini sudah menjadi suratan takdir yang Maha Kuasa. Begitu juga dengan yang terjadi di Banjarnegara. Meski sedih, nyala api harapan anak-anak untuk meraih masa depan harus tetap terjaga.