Ahmad Heryawan: Meninggalkan Sekat, Memasifkan Kebajikan - 2

Bagi Aher, mendekatkan diri kepada jutaan rakyat merupakan salah satu prinsip pengabdiannya. Menurutnya, selama seorang pemimpin mau merobohkan ego, banyak cara mudah dan murah untuk mendekatkan diri kepada publik.

"Saya ingat kejadian dulu waktu masih jadi anggota dewan, sebelum jadi Gubernur. Dalam sebuah acara di Padang, ada kawan kader tidak kebagian kamar. Saya ajak menginap di kamar saya saja, toh dewan menyewa kamar ukuran besar," katanya.

Begitu Aher mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Barat periode 2008-2013, lanjutnya, kawan tersebut ternyata bercerita kemana-mana soal kamar tadi. Peristiwa tersebut menjadi obrolan masif secara viral, ketika kemudian di banyak pengajian yang diikuti Aher, kisah kebaikan tersebut menjadi getok tular tak berujung.

Ini pula yang terjadi jika Anda sempat berkunjung ke Gedung Pakuan dalam momen besar, seperti malam 17 Agustus-an. Sebuah panggung kecil ukuran 5x3 meter persis didirikan di pintu samping gedung rumah dinas heritage itu. Apa tujuannya? Warga sekitar menggelar dangdutan!

Tidak ada pelarangan, meski sebenarnya musik yang diputar cenderung memekakkan telinga. Suara cempreng biduan pun tak apa. Tapi sudah pasti menggoreskan catatan inklusivitas, ketika rumah besar dan bersejarah berada di samping panggung musik favorit rakyat Indonesia: Dangdut.

Karena itulah, Aher melanjutkan, sekedar menyapa duluan, mentraktir, dan mengembirakan masyarakat dengan aneka cara, tidak ada sulitnya. Hal ini biasa, yang bahkan menurutnya, belum ada apa-apanya dibandingkan yang banyak dilakukan para pemimpin dalam sejarah Islam terdahulu.  

Aher lalu berkisah tentang Umar bin Khattab RA, khalifah yang dikenal sangat dekat dan perhatian pada rakyatnya. Suatu ketika, Umar diam-diam turun berkeliling di malam hari guna blusukan memantau keadaan rakyatnya.

Ketika sedang berkeliling di luar Kota Madinah saat itu, di sebuah rumah dilihatnya seorang wanita sedang memasak. Dua anak perempuan duduk di sampingnya berteriak-teriak minta makan. 

"Umar lalu bertanya, perempuan itu menjawab anak-anaknya lapar. Di ceret yang dijerang tidak ada apa-apa selain air dan beberapa buah batu. Agar anak-anak percaya makanan sedang disiapkan," cerita Aher. 

Tanpa menunjukkan identitasnya, lanjut Aher, sang Khalifah menangis seraya bergegas kembali ke Madinah dan membawa sendiri sekarung gandum, memasakkannya sendiri, dan baru puas setelah melihat anak-anak itu sudah kenyang. 

Aher memercayai sejumput kebahagian yang pernah diberikannya belumlah seberapa dibandingkan kisah Umar tadi. Maka, dia bertekad di sisa tiga tahun kepemimpinannya, aneka jejak kebaikan monumental harus ditorehkan. 

"Saya ingat selalu, ketika jadi ketua yayasan dahulu, bikin dua ruang kelas susahnya minta ampun. Setelah jadi gubernur, ruang kelas baru bisa saya buat dalam satu tahun. Saya ingin kebajikan ini makin masif ke depannya," pungkas Aher. Insya Allah. 

Keterangan Foto: Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (kiri)  menyapa dan berdiskusi dengan warga asal Majalengka usai Sholat Magrib berjamaah di depan Masjid At-Taubah, rest area KM 57 Tol Cipularang, awal Oktober 2015.

Baca sebelumnya - Ahmad Heryawan: Meninggalkan Sekat, Memasifkan Kebajikan 

Sumber: Humas Pemprov Jawa Barat