Milad ke-23 PKS, Ateng Sutisna Soroti Krisis Kemanusiaan di Palestina
Majalengka – (21/04/2025) – Anggota DPR RI dari Fraksi PKS, Ateng Sutisna, menghadiri perayaan Milad ke-23 Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang digelar di Gedung Islamic Center Majalengka pada Minggu (20/4). Ribuan kader dan simpatisan turut memadati acara yang diwarnai dengan semangat solidaritas dan kepedulian internasional.
Dalam sambutannya, Ateng menegaskan bahwa PKS senantiasa konsisten menolak segala bentuk penjajahan, terutama terhadap rakyat Palestina. Ia menyerukan agar para pemimpin dunia segera menghentikan agresi dan mengambil tindakan nyata untuk menegakkan keadilan.
"Kita tidak boleh tinggal diam. PKS berdiri tegas bersama rakyat Palestina dan akan terus menyerukan keadilan di forum manapun," tegas Anggota Komisi II DPR RI tersebut.
Sebagai wujud nyata kepedulian, panitia Milad juga menggelar aksi penggalangan dana kemanusiaan untuk Palestina. Ateng turut berpartisipasi langsung dalam penggalangan tersebut sebagai bentuk dukungan moral dan material kepada rakyat Palestina.
"Kita sebagai kader PKS memiliki tanggung jawab moral untuk terus menyuarakan kemerdekaan bagi Palestina dan mendorong dunia internasional agar menjatuhkan sanksi kepada pihak-pihak yang terus melanggengkan penjajahan," ujarnya.
Ateng juga mengingatkan bahwa Palestina adalah negara pertama yang mengakui kemerdekaan Indonesia secara de facto bahkan sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1944 melalui pidato Mufti Besar Palestina, Syekh Muhammad Amin Al-Husaini, di Radio Berlin. Karena itu, sudah seharusnya bangsa Indonesia berdiri di barisan terdepan dalam membela kemerdekaan Palestina.
"Indonesia memiliki kewajiban moral dan historis untuk berada di barisan terdepan dalam memberikan bantuan. Jika Palestina meminta bantuan, maka Indonesia harus menjadi yang pertama hadir—baik secara diplomatik, kemanusiaan, dan lainnya—untuk menunjukkan solidaritas yang nyata," tambahnya.
"Dukungan kita tidak boleh setengah hati. Kita harus mendorong pengakuan Palestina sebagai negara yang berdaulat secara penuh di mata Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), bukan hanya diakui secara bilateral oleh negara-negara tertentu saja," tambahnya.
Di akhir, Ateng kembali menegaskan bahwa perjuangan untuk Palestina adalah perjuangan kemanusiaan lintas batas dan tidak boleh berhenti sampai rakyat Palestina merdeka sepenuhnya sebagai negara yang diakui oleh komunitas internasional.