Aher: Stop Impor Hasil Pertanian

INDRAMAYU (12/3) – Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan meminta Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman untuk tidak melakukan import hasil pertanian. Karena untuk kebutuhan dalam negeri masih bisa terpenuhi oleh produksi nasional, maka untuk subsisi pertanian bisa dilakukan disektor hilir atau saat pembelian hasil panen. Demikian disampaikan Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan saat menghadiri acara Mimbar Sarasehan Kontak Tani dan Nelayan Andalan dalam Panen Raya Musim Tanam periode 2014-2015 bersama Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman di Kabupaten Indramayu, Rabu (11/3).

“Kinerja negara luar yang memproteksi pertanian itu ternyata subsidinya bukan di awal, tetapi di akhir. Karena bila subsidi dilakukan di hulu khawatir terjadi banyak penyimpangan,” usul Aher.

Sejalan dengan permintaan Ahmad Heryawan, Mentan Andi Amran Sulaiman menyanggupi permintaannya. Menurut Amran Sulaiman, dengan adanya panen raya diberbagai daerah, khususnya di Jawa Barat yang mencapai 500.000 hektar pada bulan Maret, hal ini bisa menutupi kebutuhan beras nasional, sehingga import beras tidak lagi diperlukan.

“Ini provinsi ke tujuh yang melangsungkan panen raya. Alhamdulillah, panen yang dihasilkan dari diseluruh daerah di Jawa Barat kurang lebih mencapai 500 ribu  hektar. Artinya, produksi padi bulan maret ini bisa mencapai 4 juta ton gabah kering. Nah, ini bisa menutupi jatah beras selama 2 bulan ke depan untuk seluruh rakyat Indonesia. Kemarin di Jawa Timur pun juga sama-sama melaksanakan panen, dengan menghasilkan 4 juta ton beras. Dari seluruh daerah di Indoneisa, baru dua provinsi yang menghasilkan 8 juta ton. Jadi, Insya Allah untuk saat ini, import tidak diperlukan.,” ujar Amran Sulaiman.

Berdasarkan data, Jawa Barat memiliki luas baku lahan sawah seluas 925.565 hektar. Dari luas tersebut tiap tahun baru bisa ditanami padi berkisar 2 juta hektar. Sehingga dengan Indeks Pertanaman (IP) di Jawa Barat rata-rata baru mencapai 2 kali. Tetapi dengan program yang tengah digalakan oleh pemerintah provinsi dan pusat mengenai perbaikan dan pembuatan saluran irigasi, maka produksi padi bisa semakin meningkat. Diprediksi bila bendungan Jati Gede beroperasi, hal tersebut dapat meningkatkan luas tanam per musim dengan rata-rata lebih dari 90 ribu hektar di tiga kabupaten di Jawa Barat, yaitu Indramayu, Cirebon dan Majalengka.

Mentan sendiri menjanjikan, jika Jawa Barat bisa segera menuntaskan perbaikan saluran irigasi seluas 135 ribu hektar, maka, Kementan akan menyalurkan bantuan berupa alat mesin pertanian (Alsinta) sebanyak 5.000 unit, 8.500 paket inseminasi buatan, dan 1.500 ekor sapi kepada Pemerintah Provinsi Jawa Barat.

“2.256 traktor akan kami salurkan, dengan catataan, irigasi seluas 135 ribu hektar dapat segera diselesaikan,” ujar Amran Sulaiman.

Selain dukungan anggaran dari Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi juga menaruh perhatian besar pada bidang pertanian. Berdasarkan data APBD tahun 2015, untuk pos pertanian dalam rangka mendukung swasembada pangan dianggarkan sebesar Rp. 65,59 miliar. Anggaran tersebut berupa bantuan hibah uang sebesar Rp. 40,9 miliar, untuk fasilitas tanam jajar legowo seluas 13.204 hektar, budidaya padi hibirida seluas 800 hektar, budidaya padi organik seluas 400 hektar, budidaya jagung hibrida seluas 400 hektar, budidaya kedelai seluas 500 hektar, perbaikan jaringan irigasi sebesar 12.500 hektar, cetak sawah seluas 1.242,4 hektar dan pandan wangi sebanyak 8 kelompok penangkar benih.

Kemudian ada bantuan hibah barang sebesar Rp. 24,66 miliar. Yaitu untuk alat mesin pertanian pra panen (traktor roda dua) sebanyak 1.048 unit, alat mesin pertanian pasca panen (Power Thresher Combine Harvester) sebanyak 9 unit, serta sarana pengolahan tanaman pangan dan holtikultura sebanyak 8 kelompok tani.

Terpilihnya Indramayu sebagai tuan rumah panen perdana tidak hanya dilatari berdasarkan daerah yang pertama kali panen. Tetapi Indramayu juga merupakan satu diantara 3 sentra produksi padi Jawa Barat. Dua daerah lainnya adalah subang dan karawang. Sedang kontribusi indramyu sendiri mencapai 12% produksi Jawa Barat. 

Sumber: Humas Pemerintah Provinsi Jawa Barat