Ubah Gaya Hidup Konsumtif Demi Kedaulatan dan Ketahanan Pangan

DEPOK (19/11) – Walikota Depok, Nur Mahmudi Ismail, menjadi pembicara dalam seminar “Peran Pemerintah dan Perguruan Tinggi dalam Menciptakan Kedaulatan dan Ketahanan Pangan di Kota Depok,” pada Senin (17/11) di Balai Sidang Universitas Indonesia (UI). Hadir pula dalam kesempatan itu Plt. Rektor UI, Menteri Kelautan dan Perikanan, Menteri Pemuda dan Olahraga, dan Komandan Distrik Militer.

Tidak hanya menjadi pembicara, Walikota juga didaulat menyampaikan keynote speech bersama dua narasumber lain, yaitu Letkol CBA Eko Nur Santo (Dandema Mabes TNI) dan Dr. Sony Teguh Tri Laksono. Di dalam salah satu mata acara seminar diselenggarakan pelatihan pembuatan pupuk organik dan biopori. Acara dilanjutkan dengan Konser Deklarasi Gerakan Nasional Kedaulatan dan Ketahanan Pangan yang menghadirkan penyanyi Iwan Fals.

Plt. Rektor UI, Muhammad Anis, mengatakan bahwa kedaulatan pangan di Indonesia harus segera digalakkan. Oleh karena, kedaulatan pangan dapat mempengaruhi kedaulatan bidang lainnya. “Rakyat Indonesia harus saling gotong royong untuk mencapai kedaulatan tersebut,” ujar Anis yang resmi diangkat menjadi Rektor UI pada Selasa (18/11).

Para pembicara dalam seminar kedaulatan pangan sepakat mengajak masyarakat Indonesia untuk mulai mengubah gaya hidup konsumtif menjadi lebih mandiri agar tidak selalu tergantung dengan kebutuhan hidup yang disediakan pihak asing. Kedaulatan pangan dikatakan dapat terjadi apabila telah lahir kesadaran dari masyarakat Indonesia sendiri. “Semuanya akan terwujud jika semua lapisan masyarakat bersama-sama membangun kedaulatan tersebut dari sesuatu hal yang terkecil lebih dahulu,” ujar Nur Mahmudi selaku salah satu pembicara seminar.

Menurut Nur Mahmudi, saat ini Indonesia dianggap masih belum mencapai ketahanan pangan yang baik. Indonesia masih menjadi negara yang melakukan impor beras dan terigu. Padahal, kedua bahan tersebut merupakan kebutuhan pokok di Indonesia. Fenomena itu, menurut Nur Mahmudi, dilatarbelakangi ketergantungan masyarakat Indonesia terhadap beras. Padahal, dahulu rakyat Indonesia biasa mengonsumsi singkong, sagu, ubi, dan jenis umbi-umbian lainnya. Nur Mahmudi mengatakan ketergantungan terjadi karena pihak asing selalu memberikan wacana bahwa beras merupakan sumber karbohidrat yang paling baik.

“Bangsa Indonesia memang mudah diprovokasi. Saat ini Indonesia berada di urutan kedua sebagai negara pengimpor terigu, dan di urutan ketiga sebagai importir beras. Padahal, seluruh ladang di Indonesia bisa menghasilkan umbi - umbian yang juga banyak mengandung karbohidrat. Sebenarnya masih ada 77 sumber bahan makan yang mengandung karbohidrat dan bisa dikonsumsi,” ujar Walikota Depok itu.

Sumber: http://www.hariandepok.com