Terjadi Ledakan Kilang Lagi, Wakil Ketua FPKS Minta Komut dan Dirut Pertamina Mundur

Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Mulyanto
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI Mulyanto

Jakarta — Terkait terjadinya kembali ledakan dan kebakaran di kilang minyak Pertamina, Anggota Komisi VII DPR RI dari Fraksi PKS, Mulyanto meminta Komisaris Utama (Komut) dan Direktur Utama (Dirut) Pertamina agar legowo untuk mengundurkan diri.

Ledakan yang terjadi di kilang minyak Dumai, tegas Mulyanto, menandakan Direktur Utama dan Komisaris Utama Pertamina sekarang tidak dapat melakukan perbaikan sistem keamanan dan keselamatan kerja di wilayah kerja strategisnya.

“Terlepas dari penyebab kebakaran ini karena sabotase atau kecelakaan murni, Komut dan Dirut Pertamina harusnya malu bila masih mempertahankan jabatannya,” ungkap Mulyanto.

Kecelakaan ini, imbuhnya, membuktikan keberadaan Komut dan Dirut Pertamina saat ini tidak efektif menggerakkan seluruh jajaran untuk meningkatkan keamanan dan keselamatan kerja.

“Harusnya secara legowo Komut dan Dirut Pertamina mengundurkan diri secara sukarela. Sebagai bentuk pengakuan ketidakmampuan dalam mengelola resiko, sehingga ledakan dan kebakaran kilang ini kembali terjadi. Biarkan Pertamina dikelola oleh orang yang tepat,” imbuhnya.

Pertamina, ujar Mulyanto, butuh pimpinan yang dapat menggerakkan semua potensi SDM untuk mengamankan aset yang dikelola. Juga mampu berkoordinasi dengan aparat keamanan dalam mengamankan wilayah kerja Pertamina.

“Hal ini penting karena wilayah kerja dan fasilitas produksi Pertamina adalah obyek vital negara, aset strategis nasional,” kata Mulyanto.

Mulyanto prihatin dalam waktu kurang dari dua bulan terjadi tiga kali ledakan dan kebakaran beruntun di fasiltas strategis BBM Pertamina. Sebelumnya terjadi ledakan di Terminal BBM Pertamina di Plumpang, Jakarta Utara. Disusul terjadinya kebakaran di kapal angkut BBM Pertamina di Mataram. Kemudian sekarang terjadi lagi ledakan di kilang minyak Pertamina Dumai, Riau.

“Menjelang hari raya Idul Fitri dan di tahun politik, ledakan yang terjadi pada obyek vital negara yang strategis dan terjadi secara beruntun adalah hal yang tidak biasa. Jangan dianggap remeh,” kata Mulyanto.