Riset Aspal Campuran Karet Perlu Dukungan Pemerintah
Jakarta, (19/05) – Anggota komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin sangat mendukung aspal dengan campuran karet yang saat ini diyakini mampu mempertahankan umur jalan hingga 50% sehingga keawetannya dapat mencapai 12 tahun.
“Saat ini para peneliti karet dalam negeri tidak dapat bergerak secepat Malaysia dan Thailand. Dua negara ini mendukung penuh riset karet alam sebagai campuran aspal dengan memberikan alokasi anggaran pemerintah untuk lembaga penelitian di sana,” urai Andi Akmal.
Bahkan, lanjutnya, dua negara tetangga itu sangat heran dengan konsistensi para peneliti karet alam di Indonesia yang masih bertahan melakukan riset aspal campuran karet alam dalam kondisi minimnya anggaran.
Akmal yang juga anggota Banggar DPR ini mendorong kepada pemerintah, agar memberi dukungan anak bangsa untuk mengerjakan proyek mulia berupa alokasi anggaran riset yang memadai untuk aspal campuran karet alam dan mengakomodir penerapan teknologi aspal campuran ini.
Pada tahun 2015, industri karet mengalami kelesuan akibat daya serap pasar terhadap karet alam tidak memadai sehingga berdampak pada petani, pengusaha dan industri karet itu sendiri. Padahal, dari data yang ada dan sudah dirilis ke beberapa media menunjukkan, Indonesia memberi kontribusi 26% produksi karet dunia.
“Saya sangat sedih, dengan total produksi karet nasional tahun 2015 sebesar 3.108.000 ton, namun serapan pasar hanya 18% atau sekitar 550.000 ton,” keluh Akmal.
Sekarang, lanjut politisi PKS dapil Sulawesi Selatan II ini, Kementerian Perindustrian, Kementerian PUPR dan Kementerian Koordinator Perekonomian telah intens melakukan kerja sama dengan para peneliti karet alam untuk menerapkan aspal campuran karet alam di masa yang akan datang. Upaya ini sangat baik untuk dipertahankan dan jangan sampai bergejolak apabila terjadi perubahan-perubahan politik yang dapat mengganggu sistem tata niaga karet. Karena legislator PKS ini sangat yakin bahwa konsumsi karet pada infrastruktur sangat signifikan pada serapan karet yang telah diproduksi secara nasional.
“Sebuah jalan yang awet hingga 12 tahun merupakan sebuah warisan berharga sebuah pemerintahan hingga dua periode lebih kepemimpinan nasional, yang akan mampu menghancurkan stigma adanya proyek abadi pembangunan jalan yang menggerus APBN kita. Karena yang tampak hingga hari ini adalah adanya pembangunan jalan seperti Pantura Jawa yang tidak ada selesainya tiap tahun bongkar pasang. Dan yang paling penting, masih ada 280.000 KM jalan di Indonesia yang belum diaspal,” pungkas Andi Akmal Pasluddin.