PKS: Australia tidak Ingin Indonesia Swasembada Sapi

Semarang - Harga daging yang merangkak naik sampai Rp 130 ribu per kg membuat susah konsumen baik pribadi ataupun pengusaha kecil. Sebenarnya kejadian ini berulang setiap tahun bahkan di bulan yang sama, kisaran Januari.

"Tujuh tahun lalu harga daging sudah pernah 120 - 130 ribu. Bagi pengusaha kecil UMKM sangat berat untuk bisa membeli dan berusaha, pedagang bakso, soto dan kuliner jalanan akan rugi jika beli dengan harga segitu," kata Ketua DPP PKS Bidang Tani dan Nelayan Riyono dalam keterangannya, Senin (22/2/2021).

Riyono menyebut ketergantungan Indonesia terhadap impor daging sapi sangat tinggi. Pasar potensial dan ceruk keuntungan yang besar maka rasanya tak akan Australia melepas Indonesia dari ketergantungan terhadap kebutuhan daging sapi. "Sudah jelas rasanya kebijakan soal daging sapi ini bagi kita semua, Australia tak mau Indonesia bisa mandiri dan swasembada daging sapi. Ini harus kita jawab dan buktikan," kata Riyono.

Menurut Riyono akar permasalahan harga daging sapi setidaknya ada empat, pertama ketersedian produksi dalam negeri yang masih belum terpenuhi. Setahun hanya mampu 400.000 ton dengan konsumsi total 700.000 ton setara dengan 3.5 juta ekor sapi. Rendahnya produksi dalam negeri karena stok sapi nasional yang semakin berkurang.

Kedua, bibit sapi unggul yang masih kekurangan. Tiap tahun harusnya kita bisa memproduksi minimal 200.000 untuk bisa hasilkan sapi potong 2 - 3 juta siap potong.

Ketiga, ketergantungan pada impor yang sangat tinggi. Saat ini tiap tahun impor dari Australia bisa sampai 600.000 ekor sapi atau setara 40 persen kebutuhan nasional.

Keempat, ketidakmampuan mengendalikan harga sapi impor. Harga akan selalu dikendalikan oleh Australia karena mereka sumber utama impor Indonesia. Pada 2018, dengan tingkat konsumsi 1,98 kg per orang, Indonesia mengonsumsi sekitar 514 ribu ton daging sapi.

Dengan besarnya tingkat konsumsi itu, produksi nasional kurang dari 500 ribu ton. Menurut data Australian Trade and Investment Commission (Austrade), untuk mencukupi kekurangan ini

Indonesia mengimpor 510.937 ekor sapi potong dengan harga per kg hidup 56 - 60 ribu. Ini tidak menguntungkan bagi pengusaha dan peternak lokal.

"Melihat data diatas maka perlu ada keberanian pemerintah untuk mengurangi impor dengan kerja keras menyediakan sapi potong agar kebutuhan daging terpenuhi," tambah Riyono