Netty Prasetiyani Berikan 3 Catatan Terkait Pengangguran

Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani
Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani

Jakarta (17/10) -- Anggota Komisi IX DPR RI, Netty Prasetiyani tanggapi masalah pengangguran di Indonesia yang masih menjadi PR pemerintah. Menurutnya, setidaknya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah pengangguran di Indonesia, Jakarta, Kamis (17/10/2019).

"Ketika kita berbicara tentang pengangguran memang penyebabnya sangat banyak, pertama kita tidak bisa lepas dari pertumbuhan ekonomi Indonesia, kedua kebijakan ekonomi kita dan ketiga sinkronisasi sistem pendidikan kita dengan kebutuhan pasar lapangan kerja," ungkap Netty.

Aleg PKS Dapil Jabar VIII ini menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pertahun rata-rata hanya 5%. Angka tersebut, lanjutnya, masih belum dapat  menyerap tenaga kerja yang setiap tahun terdapat 3 juta angkatan kerja baru.

"Menurut teman-teman dibidang ekonomi, 1% pertumbuhan ekonomi itu hanya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 250 ribu pekerja. Jadi, kalo ada 5% hanya terdapat sekitar 1.250.000, sementara setiap tahun terdapat 3.000.000 angkatan kerja baru, berarti kalo dihitung-hitung kasar masih ada yang tidak dapat mengakses lapangan pekerjaan tersebut," terang Netty.

Faktor kedua yang mempengaruhi tingginya angka pengangguran di Indonesia menurut Netty adalah kebijakan ekonomi ekspor yang mempersempit kesempatan bekerja untuk tenaga kerja di Indonesia.

"Kebijakan ekonomi kita yang masih memberikan izin bagi bahan mentah diekspor dan diolah di luar negri. Jika bahan mentah itu diolah diluar makan jam kerja dan juga pekerjanya adalah orang-orang di negara tersebut. Berbeda jika, bahan mentah diolah disini, artinya akan memberikan lapangan pekerjaan baru di negeri kita sendiri," lanjutnya.

Kemudian, Netty melanjutnya sinkronisasi kurikulum pendidikan dalam hal ini SMK dengan kebutuhan pasar akan lapangan kerja perlu diperhatikan juga.

"Output link pendidikan kita belum semuanya link and match dengan kebutuhan pasar. Jadi, lulusan sekolah ini kadang tidak memenuhi kebutuhan yang disodorkan oleh pasar. Ini perlu diperhatikan oleh pemerintah," kata Netty.

Netty menyampaikan, kedepannya pemerintah juga harus mendukung dan memfasilitasi kelompok ekonomi rumahan yang akan menyerap tenaga kerja di tengah masyarakat.

"Kedepan, pemerintah juga harus mulai melirik pemberdayaan masyarakat yang dari rumah mereka bisa melakukan kegiatan ekonomi, menciptakan ekonomi rumahan, termasuk penduidikan kewirausahaan ditengah masyarakat. Ini membutuhkan iklim ekosistem usaha yang kondusif, misalnya perlu izin, kemasan, atau perlu akses modal. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah harus bagus baik di skala nasional maupun regional," tutupnya.