Menghidupkan Gairah Ekonomi Rakyat Dengan Batik
Semarang (03/10) -- Hari Batik Nasional yang diperingati setiap tanggal 2 Oktober merupakan buah kegigihan Bangsa Indonesia untuk melestarikan Batik. Karena pada tanggal 2 oktober sembilan tahun silam Batik diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia nonbendawi dari Indonesia.
Sekertaris Fraksi PKS DPRD Jawa Tengah Riyono mengatakan dari sekian kekayaan khazanah budaya batik Nusantara di Republik Indonesia, Jawa Tengah termasuk yang terbesar. Seperti yang kita ketahui Jawa Tengah memiliki dua sentral penghasil batik terbesar di pulau Jawa.
"Kita punya sentral batik di Pekalongan dan Solo, bahkan ada juga kampung batik di Rembang dan Kota Semarang," ujarnya
Pria yang mendapatkan penghargaan sebagai politisi yang berkomitmen pada ekonomi kerakyatan pada malam Anugrah Radar Semarang Jawa Pos tersebut juga memandang bahwa Batik sebagai Fashion juga harus berefek pada ekonomi kerakyatan
"Yang terpenting adalah batik dapat menghidupkan gairah ekonomi rakyat. Dulu batik dianggap pakaian mahal karena kerumitan pembuatan dan citarasa seninya. Tapi sekarang kan batik lebih variatif, sehingga dapat dijangkau oleh semua kalangan," pungkasnya.
Tren berbusana batik memang sedang menggeliat beberapa tahun ke belakang, dari presiden hingga pamong desa, juga artis hingga ibu rumah tangga. Batik juga tak hanya disenangi di dalam negeri tapi juga merambah dunia internasional, masih kata Riyono.
"Berdasarkan catatan Kementerian Perindustrian (Kemenperin), ekspor dari industri batik sepanjang semester I 2019 mencapai US$ 17,99 juta atau sekitar Rp 253 miliar. Sepanjang tahun lalu, ekspor batik mencapai US$ 52,4 juta atau sekitar Rp 747 miliar," tambahnya.