Membangkitkan Kesejahteraan Petani

Riyono
Ketua DPP PKS bidang Tani dan Nelayan

Dua tahun pandemi Covid-19 membuat situasi ekonomi nasional masuk jurang resesi karena kontraksi atau minus 5.32% menjadikan pemerintah kebingungan mendongkrak pertumbuhan ekonomi nasional.

Hampir semua sektor mengalami kinerja negatif yang selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional. Penopang utama pertumbuhan ekonomi kita saat ini adalah konsumsi dalam negeri, artinya rakyat kecil yang 53% hidup di pesisir dan perdesaan menjadi tulang punggung pergerakan ekonomi nasional.

Saat ini sektor makanan minuman minus 22.31%.Rakyat daya belinya turun, ekonomi juga turun. Fakta hampir semua sektor tumbuh negatif sangat riskan akan penambahan jumlah penduduk miskin, sektor keuangan minus 10.32%, transportasi dan pergudangan 29.22%, kesehatan 4.5%, industri 6.49%, perdagangan 6.71%. Bahkan jasa kontruksi yang menopang projek infrastruktur nasional juga minus 7.37%, artinya banyak pekerja bangunan yang dirumahkan dan menambah pengangguran. Gambaran diatas membuktikan bahwa ekonomi nasional kita sebenarnya rapuh, bertumpu kepada rakyat kecil seperti petani, nelayan, UMKM, pedagang asongan yang masuk kategori sektor informal.

Saat ini menjelang akhir tahun 2021 kita agak bernafas lega seiring mulai melemahnya kasus Covid-19, ekonomi dinyatakan tumbuh 7%, wisata dan aktiftas kerja masyarakat mulai tumbuh. Namun rasanya tumbuh 7% di sektor riil baru mulai bisa bernafas. Melihat kondosi ekonomi nasional, nampaknya tidak ada pilihan lain untuk bisa bangkit. Sektor pertanian menjadi pilar penting yang menyelamatkan ekonomi nasional walaupun catatan seriusnya petani masih belum sejahtera.

Momentum corona bisa menjadi jalan kokohnya pertanian nasional. Walaupun punya kontribusi positif ditengah pandemi tapi justru kesejahteraan petani stagnan. Bahkan petani sepanjang tahun 2020 banyak yang merugi karena produk mereka harganya jatuh. Bawang merah, cabai, sayur-sayuran dan padi dihargai murah, selain karena faktor demand yang menurun juga akibat distribusi yang terhambat karena berbagai pembatasan.

Ujungnya Nilai Tukar Petani (NTP) Juli 2020 pada level 100,09 yang mengalami kenaikan 0,49 persen dibandingkan bulan lalu. Artinya petani masih rugi jika diukur dari produksi dan nilai jualnya. Kekokohan sektor pertanian belum mampu mengangkat kesejahteraan para pelaku utamanya yaitu petani.

Kekuatan Riil Ekonomi

Sektor pertanian dalam arti luas semakin tumbuh diantara 17 sektor ekonomi yang sempat negatif sepanjang 2020. Kinerja positif 16.24% membuktikan bahwa sektor inilah sebagai penyelamat ekonomi nasional saat ini. Petani dan semua turunan pertanian dalam arti luas bisa memberikan kontribusi positif.  Petani sebagai aktor utama yang memproduksi bahan pangan pertama sangat berperan saat ini ditengah pandemi untuk mengurangi potensi kerugian sampai level pedesaan, inilah jasa petani kita.

Pemerintah harus mereset ulang formula menggerakkan ekonomi ditengah pandemi. PDB pertanian tumbuh 16,24 persen pada triwulan-II 2020 (q to q) dan bahkan secara year on year sektor pertanian tetap berkontribusi positif yakni tumbuh 2,19 persen. Subsektor tanaman pangan berupa panen yang memberikan kontribusi sebesar 9.3%.

Dari sisi penyerapan angkatan kerja sektor pertanian menjadi andalan, Selama pandemi, pengangguran nasional mengalami kenaikan sebanyak 2,67 juta orang. Banyak di antaranya pulang ke kampung untuk menjadi petani karena tidak menemukan pekerjaan di perkotaan.

Data BPS agustus 2020 tercatat tenaga kerja sektor pertanian yang mengalami kenaikan dari 27,53 persen pada 2019 menjadi 29,76 persen pada 2020.

Artinya kita harus akui bahwa petani dan kerja serta kemiskinan itu selalu beriringan. Berbagai riset pakar dalam dan luar negeri menyebut petani selalu dalam kondisi terbelakang, miskin dan ketinggalan teknologi. Petter Timer Guru Besar Harvard University menyebut revitalisasi pertanian yang dilakukan Indonesia baru kelas retorika.

Pilihan terakhir saat orang putus asa akhirnya memilih jadi petani. Kita tidak bisa bayangkan bagaimana jika sektor pertanian juga mengalami kontraksi, ekonomi kita bisa kontraksi lebih dalam serta rawan munculnya krisis sosial karena urusan pangan.

Melihat fakta saat ini, Presiden Jokowi harus mengutamakan sektor pertanian dan kesejahteraan petani sebagai upaya mempertahankan pergerakan ekonomi perdesaan, berikan perhatian khusus sektor pertanian. Karena petani dan sektor pertanian adalah kekuatan riil ekonomi saat ini, terbukti di tengah pandemi mampu berkontribusi dalam penyelematan ekonomi.

Setidaknya ada tiga hal yang harus dilakukan oleh pemerintah untuk menjadikan pertanian sebagai aktor kebangkitan ekonomi nasional.

Pertama, politik anggaran pertanian berbasis peningkatan nilai produk pertanian. Gunakan anggaran yang "sedikit" untuk membantu produk petani. Anggarkan untuk membeli gabah, sayur dan buah - buahan saat harga jatuh. Panen adalah titik paling kritis dalam siklus usaha, ketidakpastian harga membuat petani sering merugi. Pemerintah harus ambil peran ini. Politik anggaran pertanian harus terarah dari pusat sampai daerah. Dana pertanian harus cukup, mimimal 5% dari APBN/APBD. Saat ini baru 1-2% secara nasional dan cenderung turun dari tahun ke tahun.

Karena dalan UU 23/2014 tentang pemerintahan daerah disebutkan bahwa pertanian bukan urusan wajib, namun hanya sekedar pilihan yang membuat seperti anak tiri dalam berbagai kebijakan pembangunan. Jika ingin maju maka ubah UU 23 dengan menjadikan pertanian urusan wajib di Jawa dan Sumatera sebagai basis pangan nasional.

Kedua, serius melakukan regenerasi petani. Saat ini usia petani menurut LIPI diatas 47 tahun, pemuda yang mau bertani hanya 3%, catatan Kementan 2010 - 2013 ada penurunan 5.1 juta rumah tangga petani yang setara dengan 21 juta jiwa. Artinya petani semakin tidak menarik buat pemuda dan rakyat umumnya.

Regenerasi petani wajib saat ini dilakukan dengan anggaran dan kebijakan politik yang betul - betul berpihak kepada petani. Petani adalah soko guru kebangkitan ekonomi nasional, 98% pangan dunia dihasilkan oleh petani kecil. Ancaman kepunahan petani sudah didepan mata, bisa jadi 2060 petani akan lenyap dan pangan akan begantung kepada impor. Impior menjari bencana pangan jika tidak dikendalikan. Pencetakan petani milineal harus serius, berikan mereka lahan, modal dan bimbingan agar suskes menjadi pengusaha sektor pertanian. Ambil dan ajak lulusan sarjana membangun Indonesia dengan bangga menjadi petani.

Ketiga, Jaringan global petani. Era digital menuntut semua berjejaring, pun petani agar sejahtera juga harus kuat kelembagaan dan jejaringnya. Jejaring ini merupakan market yang luar biasa, dukungan teknologi akan mempercepat bisnis berputar dari desa ke kota dan bahkan mendunia.

Politik anggaran yang pro petani, regenerasi petani secara cepat dengan penguatan jejaring petani akan menghasilkan kerja yang kokoh untuk wujudkan kesejahteraan petani. Kebangkitan pertanian dan sejahteranya petani menjadi kunci kemajuan Indonesia.