HNW: Torehkan Sejarah, Delegasi Sepakati Pembentukan Forum MPR dan Penguatan Peran Majelis

Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid mengikuti Konferensi Internasional Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Majelis Syuro, dan Nama Lain yang sejenis dari Negara-Negara Organisasi Kerjasama Islam
Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid mengikuti Konferensi Internasional Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Majelis Syuro, dan Nama Lain yang sejenis dari Negara-Negara Organisasi Kerjasama Islam

Jakarta (27/10) — Wakil Ketua MPR dari Fraksi PKS Hidayat Nur Wahid bersyukur bahwa semua delegasi yang mengikuti Konferensi Internasional Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat, Majelis Syuro, dan nama lain yang sejenis dari Negara-Negara Organisasi Kerjasama Islam sangat antusias mendukung usulan MPR RI untuk pembentukan Forum MPR, Majelis Syuro, Majelis Suyukh, atau nama lainnya yang sejenis dalam satu forum yang menjadi bagian dari Parliamentary Union of the OIC Member States (PUIC adalah Perhimpunan Parlemen Negara-Negara Anggota OKI).

Mereka juga, kata Hidayat, mengapresiasi inisiasi yang diusulkan oleh MPR RI ini, karena bisa menjadi sarana untuk memperkuat peran bagi Majelis, memperbanyak mitra untuk berkontribusi menguatkan praktek demokrasi dan manfaatnya menjadi bagian dari solusi permasalahan yang terjadi ditingkat regional maupun internasional, dan sekaligus mengkoreksi radikalisme dan terorisme serta Islamophobia dengan menguatkan hadirnya Islam yang kompatibel dengan demokrasi karena Islam memang rahmatan lil alamin.

“Bahkan Sekjen PUIC (persatuan parlemen dari negara-negara OKI) sangat mendukung inisiatif MPR RI dan menyatakan akan menyediakan forum khusus untuk mewadahi kegiatan dari forum yg diinisiasi oleh MPR ini, agar Forum Majelis Permusyawaratan, Majelis Syuro, Majelis Suyukh, dan lembaga keparlemenan lain yang sejenis tapi belum terwadahi secara spesifik di PUIC maupun organisasi parlemen internasional, untuk dapat menindaklanjuti kegiatan-kegiatan forum bersama dengan PUIC,” kata Hidayat Nur Wahid dalam konperensi pers usai penutupan Konferensi Internasional yang digelar MPR di Hotel Pullman, Bandung, Jawa Barat, Rabu (26/10/2022). Konperensi pers ini dihadiri Ketua MPR Bambang Soesatyo dan Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid dan Fadel Muhammad.

Konferensi Internasional Ketua Majelis Permusyawaratan, Majelis Syuro, atau Nama Lain yang Sejenis dari Negara-Negara Anggota Kerja Sama Islam yang dibuka di Gedung Merdeka tempat dahulu diselenggarakannya Konferensi Asia Afrika di Bandung tahun 1955, diikuti oleh pimpinan Parlemen dari 15 negara dan dua organisasi internasional. Konferensi itu berlangsung meriah sejak Senin hingga Rabu (24-26/10/2022).

Konferensi internasional ini diikuti para Ketua dan Anggota Delegasi dari Negara Republik Demokratik Rakyat Aljazair, Kerajaan Bahrain, Republik Irak, Republik Islam Iran, Kerajaan Malaysia, Kerajaan Maroko, Republik Arab Mesir, Republik Mozambik, Republik Islam Pakistan, Negara Palestina, Kerajaan Saudi Arabia, Republik Yaman, Republik Turkiye, dan Kerajaan Yordania, serta Sekretaris Jenderal Perhimpunan Parlemen Negara-negara Anggota OKI (PUIC), dan Direktur Liga Muslim Dunia di Indonesia.

Hidayat Nur Wahid bersama Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad mendapat amanat dari Pimpinan MPR sebagai steering comitee dari Konferensi Internasional ini. Hidayat Nur Wahid juga memimpin sidang-sidang dalam konferensi internasional ini.

Menurut pria yang akrab disapa HNW ini, meskipun menjadi bagian dari PUIC, disepakati oleh Sekjen Parlemen OKI, juga disetujui oleh peserta konferensi, bahwa Forum yang diusulkan oleh MPR RI itu tetap independen tapi juga tidak duplikasi dengan keanggotaan DPR di PUIC. Forum ini juga tidak berada di bawah PUIC, tidak dikooptasi oleh PUIC, tapi juga tidak setara dengan PUIC apalagi berpretensi untuk menghilangkan peran dan nilai penting PUIC. Hal-hal tersebut menepis kekhawatiran dari beberapa pihak.

“Justru Forum ini adalah mitra PUIC, bagian dari PUIC seperti juga forum-forum yang lain yang lebih dahulu ada di PUIC. Dan PUIC juga tetap memberikan kebebasan kepada MPR untuk menjalin dan melanjutkan kolaborasi dengan membentuk forum sejenis bersama negara-negara atau parlemen-parlemen yang bukan anggota OKI, tetapi mempunyai kemiripan kewenangan, juga kesamaan visi misi dengan MPR. Maupun kesamaan kondisi belum terwadahi secara spesifik di dalam berbagai organisasi Parlemen internasional. Dengan demikian akan lengkaplah Forum MPR Se-Dunia itu,” katanya.

HNW yang juga memimpin pembahasan di Komite Kerja yang mempersiapkan Deklarasi Bandung itu juga mengungkapkan sidang yang berlangsung Selasa malam hingga Rabu dinihari juga menyepakati pembentukan satu kelompok kerja (Komite Kerja) yang juga akan mempersiapkan mekanisme pembentukan Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Majelis Syuro, Majelis Suyukh, atau Lembaga Parlemen Sejenis Lainnya dari Negara-negara Anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

“Kelompok Kerja (Komite Kerja) ini mempersiapkan segala yang terkait dengan AD/ART, visi misi, program kerja, kesekretariatan. Dan, sudah disepakati Komite Kerja ini terdiri dari pimpinan/anggota Majelis Syura atau nama sejenisnya dari sembilan negara dan satu organisasi internasional, yaitu Indonesia, Arab Saudi, Maroko, Turki, Mesir, Iran, Aljazair, Pakistan, Palestina, dan Perhimpunan Parlemen Negara-negara Anggota Kerjasama Islam (PUIC),” jelas HNW.

HNW menambahkan, Komite Kerja atau Komite Kecil ini akan melakukan pertemuan lanjutan baik melalui rapat zoom atau melalui satu forum tertentu.

“Tapi secara prinsip, yang sangat menggembirakan adalah semua delegasi dari latar belakang Negara dan lembaga kemajelisan yang berbeda-beda, bersemangat menyepakati dan mengapresiasi usulan MPR RI untuk pembentukan Forum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Forum Majelis Syuro, Majelis Suyukh, Senat, atau nama lainnya yang sejenis, untuk menjadi satu forum,” katanya.

Para delegasi, lanjut HNW, juga menyepakati untuk menjadikan Dasa Sila Bandung sebagai rujukan spirit dalam menghadirkan dan menyelenggarakan Forum MPR Se-Dunia atau nama lainnya.

“Satu hal yang juga sangat penting bagi Indonesia adalah para delegasi yang beragam itu masih sangat menghormati dan terinspirasi dengan konferensi Asia Afrika tahun 1955 dengan Dasa Sila Bandung nya. Maka mereka menyepakati untuk menjadikan Dasa Sila Bandung sebagai spirit yang melandasi, menyemangati, dan menjadi rujukan historis visi dan misi dari Forum ini. Dan karenanya mereka juga sepakat untuk mendukung kelanjutan dan suksesnya Forum yang merupakan inisiasi mensejarah dari MPR ini,” pungkasnya.