Cabe dan Bawang Pemicu Inflasi Sumatera Barat

PADANG (18/3) – Sejumlah bahan pokok, terutama cabe dan bawang, mengalami kenaikan harga. Hal ini terungkap dalam operasi mendadak (sidak) Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) Irwan Prayitno di Pasar Raya Padang, Rabu (18/3). Dalam temuannya, Irwan heran karena komoditas lokal asal Sumbar, seperti cabe hanya tersisa lima persen di pasaran. Sedangkan 95 persen dijual ke provinsi tetangga.

“Sidak kita hari ini, fakta yang ditemukan pedagang mendatangkan cabe dan bawang itu malah dari Pulau Jawa. Cabe lokal asal Sumbar malah dikirim ke Riau. Hal ini yang membuat inflasi di Sumbar itu tinggi. Petani cabe di Sumbar itu banyak, tapi 95 persen dijual keluar. Sedangkan untuk kebutuhan daerah kita malah datangkan dari Jawa dan Bengkulu,” terang Irwan.

Irwan mengungkapkan harga cabe merah di Pasar Raya Padang berkisar 18 hinga 20 ribu per kilogram. Sedangkan harga bawang merah mencapai Rp28 ribu per kilogram. 

“Ada lima pedagang besar yang menyuplai cabai ke Padang, jumlahnya mencapai 5-6 ton sehari. Harga disini, memang ditentukan pedangang yang dipasok dari Jawa. Naik turunnya (harga), pemerintah bahkan tak tahu penyebabnya. Dengan hadirnya gedung inflasi ini bakal kita tekan,” tukasnya.

Gedung inflasi, lanjut Irwan, merupakan titik temu antara petani, pedagang, dan konsumen untuk membantu menstabilkan harga. Selain itu, kehadiran gedung infasi diharapkan juga bisa menekan permainan kotor para ritel yang selama ini mengatur harga beberapa kebutuhan pangan, seperti cabe, bawang, dan beras.

“Apalagi dengan melibatkan BUMD, tentu sangat berperan penting menjaga kestabilan harga. Inflasi yang baik adalah yang rendah dan stabil,” ujarnya.

Sementara itu, Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Wilayah Sumbar, Puji Atmoko menyambut baik tindakan Gubernur Irwan yang turun langsung ke lapangan. Selama ini, terang Puji, pengendalian inflasi Sumbar sudah banyak didiskusikan di belakang meja.

“Turun ke lapangan, mengecek langsung kondisi di lapangan sangat perlu. Apalagi melibatkan SKPD, ini sangat membatu untuk pengendalian inflasi di daerah,” ujarnya.

Menurut Puji, berdasarkan data Januari dan Februari 2015, angka inflasi Sumbar mengalami deflasi (penurunan) mencapai minus 2,9 persen dibandingkan sebelumnya pada Desember 2014. Disamping itu, Puji juga mengapresiasi rencana Pemprov Sumbar yang akan segera membangun gedung inflasi di Kota Padang.

“Meski Maret ini trend-nya ada kenaikan, namun tak tinggi. Mudah-mudahan tahun ini akan mengalami deflasi di akhir tahun. Selain itu, dengan rencana Gubernur yang ingin membangun gedung inflasi, hal itu amat penting. Pasalnya, kondisi sekarang pemerintah belum dapat berbuat banyak untuk menjaga kestabilan harga kebutuhan pokok di pasaran,” kata Puji. 

Sumber: Humas Pemprov Sumatera Barat