Bulog vs Kementan Soal Cadangan Beras, PKS: Janji Beli Beras Petani Mana?
Jakarta - Urusan pangan memang rentan. Beras yang menjadi komoditi pokok rakyat selalu berujung kepada ketidakpastian serta ketidakjelasan antar pejabat yang bertanggung jawab.
Hal ini bermula dari kabar stok cadangan beras di Bulog yang tinggal 651 ribu ton. Stok terendah selama ini yang biasanya 1.2 juta ton cadangan beras. Gerak cepat Kemendag yang berjanji membeli gabah petani harga berapapun berujung hampa.
"Laporan penyerapan oleh Bulog dari rencana 948.000 ton hanya terealisir 90.000 ton. Kenapa serapan rendah? Jangan - jangan Bulog gak punya uang? Atau memang di tingkat petani beras gak ada?" tanya Ketua DPP PKS Bidang Tani Nelayan Riyono dalam keterangannya.
Kondisi diatas mengherankan bagi Kementan. Menurut data BPS, hingga Desember 2022 produksi beras sekitar 32 juta ton, dan diperkirakan masih surplus 1,88 juta ton beras. (Sementara) konsumsinya 30,2 juta ton.
Sebelumnya Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan (Zulhas) menyampaikan, tugas yang diberikan kepasa Perum Bulog sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Mengingat per 19 Oktober 2022, stok CBP hanya mencapai 697.944 ton, jauh dari total stok aman pemerintah untuk akhir 2022 di angka 1,2 juta ton.
"Antara Kementan, Bulog, Kemendag saja datanya sudah gak sinkron, mana yang bisa dipercaya?" tanya Riyono
Janji Kemendag Zul bahwa Bulog diminta serap gabah dan beras petani dengan harga berapapun ternyata gagal dilakukan. Petani kembali yang menjadi korban, konsumen rakyat kecil yang terkena imbas kenaikan harga beras di lapangan karena berita cadangan beras yang menipis. Cadangan beras yang menipis dan serapan yang lambat membuat Buwas Direktur Bulog menyarankan pemerintah untuk Impor beras.
"Kenapa impor jadi andalan? terus janji serap gabah petani itu bagaimana? Perlu revolusi kinerja untuk Bulog. Lebur saja Bulog dan Badan Pangan Nasional jadi satu lembaga agar mudah dalam urusan pangan," papar Riyono.