Sepotong Demokrasi tak Berisik ala PKS

JAKARTA (12/8)Demokrasi cenderung tidak berisik atau senyap ditunjukkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Bandung, Jawa Barat, Senin (10/8/2015). Kendati, harus mengambil keputusan tentang siapa presiden partai, sebutan lain ketua umum, dalam lima tahun mendatang.

"Karena bersifat tertutup, maka kami memang sengaja tidak mengundang teman-teman media untuk melakukan liputan Sidang Majelis Syuro PKS ini," cuit Anggota Majelis Syuro PKS Tifatul Sembiring dalam akun twitternya @tifsembiring, Selasa (11/8/2015).

Saking senyapnya, kata Tif, ratusan ribu kader yang tersebar di seluruh Indonesia, tidak tahu persis, bahwa kemarin di sebuah tempat di Kota Parahyangan terdapat perhelatan akbar PKS.

Di sanapun tidak ada satgas pengamanan yang berlebihan yang identik dengan pasang wajah sangar dan berbadan tegap. Memang benar, demokrasi senyap bukan berarti hanya satu suara tanpa ada suara lain. Hal itu juga ada, saat dua nama calon presiden partai disodorkan di meja musyawarah siang itu.

"Begitu dibuka kesempatan memberikan tanggapan, maka yang ngacung ramai sekali, sidang cukup alot. Terutama mengenai Presiden Partai," ungkap mantan Menteri Komunikasi dan Informasi itu.

Nama Sohibul Iman keluar dari lisan Ketua Majelis Syura terpilih Salim Segaf Al Jufri untuk menjabat Presiden Partai. Namun, ternyata nama itu jauh berbeda dari apa yang diharapkan para kader di daerah-daerah.

"Ramai tanggapan, sampai pukul 16.30 WIB masih belum putus. Antara yang mendukung usulan ketua MS dengan yang meminta ustadz Anis Matta," tukas Tif.

Tiba-tiba, eks Presiden PKS Hidayat Nur Wahid ikut bersuara. Hidayat memberikan masukan agar aspirasi itu tidak begitu saja lenyap, ketika Ketua Majelis Syura menggunakan hak mengajukan untuk dibahas dan disetujui dalam forum tersebut, sesuai dalam AD dan ART.

Hidayat ingin Anis Matta diberi amanah dan tanggung jawab sebagai Kepala Badan Kerja Sama Internasional DPP PKS. Mengingat jam terbang Anis yang sudah melanglang buana menghadiri seminar-seminar internasional di dunia arab dan juga negara lainnya.

"Hal ini penting, agar dunia internasional tidak melulu salah paham mengenai gerakan-gerakan Islam, sering mudah melabeli dengan teroris. dst.," terang Tif.

Setelah sumbang masukan Hidayat, suasana yang sempat alot mereda. Anis Matta, nama yang disebut-sebut laik melanjutkan untuk priode keduanya, diminta bersuara.

"Saya adalah jundi yang siap ditugaskan di mana saja. Saya ditugaskan di masa-masa keadaan sulit," kata Anis yang dikutip Tif.

Seperti diketahui, banyak hal sudah Anis capai selama menjabat sebagai Presiden PKS. Di antaranya adalah ia berhasil membawa PKS keluar dari krisis, konsolidasi kader dan struktur, persiapan Pileg, Pilpres 2014 lalu dan berujung pada penempatan kader sebagai pimpinan di lembaga legislatif.

Diketahui, dari demokrasi yang cenderung tak berisik itu, nama usulan dari Ketua Majelis Syura Salim yang akhirnya terpilih. Adalah Sohibul Iman. Sementara Salim juga malah tidak sepenuhnya berbahagia menerima jabatannya ini karena menurutnya ini adalah tanggung jawab yang berat.

"Antum telah timpakan beban berat ke pundak saya," kata Salim sambil menahan tangis, yang dikutip Tif.

 "Saya bukan yang terbaik di antara antum, saya yang paling lemah. Tolong bantu saya, bantu keluarga saya, anak-anak saya," imbuh Salim. 

Sumber: http://news.metrotvnews.com