Sepeda yang Menjadi Saksi Atas Perjuangan Para Saksi PKS di Pemilu 2019

Sepeda Recumbent Saksi PKS Taufik Abidin
Sepeda Recumbent Saksi PKS Taufik Abidin

Sydney -- Nama lengkapnya Taufik Abidin, asli putra Bandung, sedang mengambil program phD Medicine Faculty di University of Sydney, sebuah universitas papan atas di Australia.

Yang unik dari seorang Opik, diluar keseharian beliau sebagai pelajar, wara-wiri dari tempat kos di Lakemba ke kampusnya di Redfern, adalah kegemarannya untuk bersepeda.

Jarak yang biasa ia tempuh bukan sekedar 5 atau 10 km, tetapi puluhan bahkan sampai ratusan kilometer. Adalah hal yang biasa baginya untuk di satu weekend berada di Hornsby yang berjarak 40 km atau di weekend lain berada di Wollongong 85 km, bhakan pernah di Bowral yang berjarak 110 km.

Dia sangat percaya bahwa bersepeda akan membuat hidup lebih sehat dan tentunya mengurangi polusi dan kemacetan. Sepeda yang ia gunakan pun bergantian ragamnya, mulai dari racing bike, road bike sampai dengan yang paling unik, namanya recumbent bike.

"Sepeda jenis ini sangat nyaman untuk rute jauh, karena posisi tubuh tidak membungkuk, terbebas dari lower back-pairl," katanya.

Dua bulan sebelum pelaksaan pemilu, teman-teman Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menawarkan jika beliau bersedia membantu menjadi saksi, mengawal proses pencoblosan nanti. Ia sebenarnya adalah pengantin baru, tetapi statusnya jomblo karena kebetulan istrinya masih ko-as di tanah air, jadi kita berpikir ia pasti punya banyak waktu luang.

"Pik, pas pemilu nanti mau jadi saksi PKS nggak?"

Tak disangka-sangka, tanpa berfikir panjang, ia menjawab, "Boleh insha Allah, saya mah bukan orang partai, tetapi selama ini selalu pilik PKS sih,"

"Masha Allah… Jazakallah khair ya,"

Pada saat training saksi, Opik dengan sepeda recumbent-nya, adalah orang yang pertama datang paling awal. Pada saat hari H, beliau yang kebetulan mendapat tugas sebagai saksi di TPS 14 Yagoona, kebetulan kehilangan paspornya dan lupa untuk membawa foto copy-nya.

"Maaf saya harus foto copy ya, nanti saya nyusul ke TPS," kata dia.

"Lho, nanti kita antar, Pik,” kata Miftah, rekan satu TPS menawarkan bantuan.

“Ngga apa, biar nanti saya naik sepeda saja ke TPS,” kata dia.

Luar biasa, disaat hari pencoblosan, Sabtu (13/4/19), Opik menunjukan dedikasinya dengan hadir tepat waktu. Ditemani sepeda recumbent-nya dan menyelesaikan tugas dengan baik hingga malam hari.

Dan puncaknya adalah ketika hari perhitungan, Rabu (17/04/19), dengan berlokasi di Konsulat Jenderal RI di Maroubra, sebuah subuh di timur Sydney, minimal kita perlu menempuh sekitar 30 menit jika harus menempuh dengan mobil dari tempat kita tinggal di Sydney Barat.

Karena kebetulan TPS yang beliau kawal, perhitungannya baru akan dimulai jam 7 malam. Opik kembali datang bersama sepeda recumbent-nya ditengah dinginnya malam Sydney yang kebetulan baru memasuki musim gugur. Kebayang kan bro dinginnya?

Disaat Opik bersama saksi-saksi lainnya, melaksanakan tugasnya semalaman penuh, maka sang sepeda pun dengan setia menunggunya di konter receiptionist konsulat.

Dan sebagaimana diprediksi, proses perhitungan sendiri ternyata baru selesai pukul 8 pagi hari keesokan harinya dan tentu saja fisik semua saksi dalam kondisi sangat lelah dan mengantuk. Opik pun tidak terkecuali, tetapi tidak lama kemudian beliau pamit karena harus kembali ke kampusnya.

Dengan mengayuh sepeda kesayangannya, Opik kembali menghilang dari pandangan, ditelan hawa pagi Sydney yang dingin...

***

Sebuah pelajaran keikhlasan yang luar biasa, cukup untuk membuat Ketua PIP PKS ANZ, Arief Taufik, yang kebetulan membersamai para saksi lain di konsulat terharu dan menangis melihat pemandangan ini.

***

Ya Rabb,

Jadikan sepeda beliau sebagai saksi atas perjuangan beliau dan perjuangan kami semua didalam mengawal amanah rakyat ini...

Jika sepasang terompah, Engkau izinkan untuk menunggu seorang Bilal di pintu surga-Mu, maka izinkan kami memohon, jika sepeda Opik bisa melakukan hal yang sama baginya kelak.