Rofik Hananto: Fenomena YWN Menjadi Jawaban Cerdas Saat Ekonomi Cadas
JAKARTA- Ketua Bidang Pemberdayaan Jaringan Usaha dan Ekonomi Kader (BPJE) DPP PKS Rofik Hananto mengatakan, fenomena Youth, Woman and Netizen (YWN) menjadi jawaban yang cerdas saat ekonomi cadas, saat ekonomi sulit, seperti saat ini.
"Tiga subkultur ini menjadi penggerak pasar paling dinamis. Kultur pemuda, kultur perempuan, dan kultur netizen menjadi arus baru yang sangat berpengaruh dan menentukan arah bisnis hari ini. YWN menjadi agen perubahan dalam banyak bidang," kata Rofik.
Anggota DPR RI FPKS itu mengatakan hal tersebut saat Webinar Nasional bertema Perempuan Bergiat, Lingkungan Sehat, Ekonomi Kuat, Indonesia Jaya, Sabtu (24/4). Kegiatan ini merupakan kolaborasi BPJE dan BPKK DPP PKS dalam rangka peringatan Hari Kartini dan Hari Bumi.
Rofik mengatakan, youth itu adalah masa depan. Bicara masa depan adalah bicara anak muda. Youth itu jumlahnya 64 juta orang di Indonesia atau 24 persen dari jumlah penduduk Indonesia. Dan 49 persennya adalah perempuan.
"Sedangkan jumlah perempuan di Indonesia 133,5 juta atau 49,4 persen dari 271 juta penduduk Indonesia. Perempuan itu memegang prinsip yang kuat. Mereka mempunya kemampuan multitasking, mengerjakan banyak tugas dalam satu waktu. Mereka juga mempunyai semangat kemanusiaan dan peka terhadap lingkungan," kata Rofik.
Legislator dari Dapil VII Jateng itu menambahkan, terkait netizen, saat ini di Indonesia ada 196,7 juta pengguna gadget. Dan dari jumlah itu sebanyak 48,7 persennya adalah perempuan. Kalau melihat dari usia, pengguna gadget rata-rata kaum milenial yang berusia 15-25 tahun dan 51 persennya adalah perempuan.
Rofik menuturkan, ada banyak tantangan yang harus dihadapi terkait dengan perempuan di Indonesia. Antara lain Rata-rata lama sekolah perempuan usia 15 tahun ke atas masih lebih rendah daripada laki-laki.
"Kemudian ratarata upah/gaji buruh/karyawan/pegawai perempuan sebesar Rp 2,39 juta, masih 78,3 persen dari upah laki-laki. Tingkat partisipasi angkatan kerja juga 82,7 persen TPAK laki-laki,' katanya.
Perempuan usia 15 tahun ke atas yang berkerja hanya lulusan SD ke bawah. Dan 6 dari 10 perempuan di atas 15 tahun bekerja di sektor informal. "Ini menjadi tantangan kita BPJE dan BPKK agar bagaimana perempuan semakin berdaya tanpa meninggalkan peran penting di rumah dan mendapat upah yang layak," katanya.
Jadi kalau kita bicara YWN itu kita bicara masalah perempuan. Ini menjadi sesuatu yang sangat penting dan menjadi tantangan untuk memberdayakan dan menjadikan perempuan Indonesia lebih maju, terbebas dari kecemasan dan mempunyai masa depan yang lebih baik.
Sementara Presiden PKS Ahmad Syaikhu saat membuka Webinar itu mengatakan, perempuan Indonesia dari masa ke masa, dari era Kartini hingga sekarang terus bergiat dan mengalami kemajuan.
"Sudah banyak perempuan hebat yang mengisi posisi penting di negeri ini. Ini menunjukkan keberadaan perempuan Indonesia telah memberikan kontribusi yang besar terhadap kemajuan bangsa dan negara," katanya.
Dia menambahkan, banyak perempuan pelaku usaha UMKM yang sangat membantu pemerintah membangun ketahanan ekonomi keluarga. Perempuan juga berperan melahirkan dan mendidikan generasi yang unggul.
Namun Syaikhu mengakui kalau di sisi lain masih banyak perempuan yang tertinggal, baik dalam bidang pendidikan, kesehatan maupun diskriminasi. Untuk itu dia mengajak untuk memperkuat ketahanan keluarga melalui memperkuat ketangguhan kaum ibu dalam keluarga.
"Dengan kolaborasi ibu dan bapak maka akan banyak lahir di Indonesia generasi-generasi yang hebat, generasi penerus bangsa, yang siap memimpin bangsa ini," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) I Gusti Ayu Bintang Darmawati mengatakan, UUD 1945 menjamin hak yang sama bagi laki-laki dan perempuan. Sayangnya ketimpangan gender masih terlihat jelas dari berbagai indeks dan data.
"Hal ini patut menjadi perhatian kita. RA Kartini telah memperjuangkan kesetaraan hak antara laki-laki dan perempuan. Bahkan perjuangan mencapai kemederkaan tidak lepas dari perjuangan kaum perempuan juga," katanya.
Dalam mengisi kemerdekaan ini sudah sepantasnya kita mengedepankan kesetaraan melalui pemberdayaan perempuan.
Ketimpangan yang terjadi saat ini bukan karena perempuan lemah melainkan karena konstruksi sosial patriarki yang menempatkan posisi perempuan lebih rendah daripada laki-laki.
"PR kita hari ini bukan saja menutup lubang ketidaksetaraan yang masih ada, namun berpikir 2-3 langkah lebih maju memastikan perempuan Indonesia tidak lagi tertinggal di masa depan. Cita-cita Kartini dan perempuan Indonesia masih harus kita perjuangkan dengan segala daya upaya," katanya.
Sementara pembicara Salim A Fillah dalam Webinar itu mengulas kisah RA Kartini dengan pengukir mburi gunung atau daerah Mulyoharjo, Jepara. Bagaimana Kartini akhirnya menjadikan kerajinan ukiran dari Jepara yang semula sederhana menjadi ukuran tren berkelas orang-orang Eropa pada masa itu.
"Terobosan yang dilakukan Kartini itu adalah mengenalkan potensi lokal di wilayah mburi gunung yang semula tidak dikenal, menjadi peletak dasar ukir Jepara sampai sekarang. Dia memberi tantangan kepada perajin untuk memproduksi kerajinan baru yang tidak perajin pikirkan," katanya.
Kartini juga memberi ide-ide inovasi dalam bentuk motif ukiran baru dari sulur tumbuhan dan motif wayang. Dia kemudian melakukan promosi produk sampai ke internasional hingga menjadikan kerajinan ukir Jepara sebagai tren simbol kelas sosial yang baru.