Presiden PKS Kritik Pemerintah tak Boleh Bersikap Biasa Saja Saat Krisis

Arahan Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman dalam Upacara Peringatan HUT ke75 RI di DPP PKS, Senin (17/8) (Donny/PKSFoto)
Arahan Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman dalam Upacara Peringatan HUT ke75 RI di DPP PKS, Senin (17/8) (Donny/PKSFoto)

Jakarta -- Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman menekankan Pemerintah tidak boleh lagi bersikap biasa-biasa saja saat menghadapi krisis saat ini.

Pemerintah, ujar dia, harus memiliki kesadaran akan krisis (sense of crisis) dan kesadaran akan kesigapan bertindak (sense of urgency).

Sohibul menekankan, bangsa ini membutuhkan hadirnya kepemimpinan bangsa yang mampu memberikan arah bukan sekedar keluh kesah. Kepemimpinan yang mampu menyalakan keyakinan bukan sekedar harapan. Kepemimpinan yang benar-benar bekerja bukan sekedar retorika.

"Kepemimpinan yang mampu memberikan solusi bukan sekedar janji-janji. Republik ini membutuhkan pemimpin yang turun tangan menyelesaikan persoalan di lapangan bukan justru sibuk cuci tangan dari kesalahan-kesalahan," ungkap Sohibul Iman dalam Pidato Kebangsaan saat Upacara Peringatan HUT ke-75 Republik Indonesia, di kantor DPP PKS, Jakarta, Senin (17/8/2020).

Ia menyebut dalam krisis, kebijakan publik seharusnya memenuhi tiga prasyarat utama, yakni harus tepat manfaat, tepat sasaran dan tepat waktu.

"Sayangnya, program-program Pemerintah justru banyak yang tidak memenuhi ketiganya. Program Pemerintah justru banyak yang tidak tepat manfaat, tidak tepat sasaran dan tidak tepat waktu dan bahkan patut diduga buruk dari aspek tata kelolanya (bad governance)," terang mantan wakil ketua DPR RI ini.

Sohibul Iman mencontohkan program Kartu Pra-Kerja. Ia mempertanyakan desain program tersebut diberikan untuk siapa dan apa manfaat pelatihan online bagi masyarakat terdampak dan UMKM.

"Apakah platform startup digital wajar menerima proyek sebesar ini atau justru ada konflik kepentingan dalam proyek ini? Apakah menu pelatihan online yang disediakan platform sesuai kebutuhan? Apakah tepat waktu di saat pandemi seperti saat ini?" tanyanya.

Ia menyebut dalam mendesain kebijakan publik tidak boleh asal-asalan atau hanya sekedar memenuhi janji kampanye politik. Sehingga program tersebut terlihat dipaksakan yang mengusik nalar publik dan tidak memberikan nilai manfaat yang optimal bagi kesejahteraan rakyat.

Presiden PKS juga menyoroti rendahnya serapan anggaran di Kementerian/Lembaga justru saat krisis terjadi. Hal ini membuktikan birokrasi Pemerintah tidak bekerja dengan baik.

"Serapan anggaran adalah indikator paling dasar apakah birokrasi itu bekerja atau tidak. Bagaimana mungkin kita dapat mengukur output dan outcome dari kinerja Pemerintah jika membelanjakan uang saja Pemerintah tidak mampu?" tukas mantan rektor Universitas Paramadina ini