Presiden PKS: Di Tangan Pemimpin Buta Visi Kebangsaan, Pancasila Direduksi untuk Adu Domba

Presiden PKS Ahmad Syaikhu menyampaikan Pidato Kebangsaan Partai Politik dalam rangka memperingati 50 Tahun CSIS Indonesia, Jumat (20/8/2021). (M Hilal/PKSFoto)
Presiden PKS Ahmad Syaikhu menyampaikan Pidato Kebangsaan Partai Politik dalam rangka memperingati 50 Tahun CSIS Indonesia, Jumat (20/8/2021). (M Hilal/PKSFoto)

JAKARTA -- Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu mengupas soal fenomena menggunakan jargon Pancasila yang dijadikan alat kekuasaan untuk mengadu domba bukan mempersatukan.

Pesan ini disampaikan Syaikhu dalam Pidato Kebangsaan Partai Politik dalam rangka memperingati 50 Tahun CSIS Indonesia, Jumat (20/8/2021).

Bagi Syaikhu, kepemimpinan nasional harus berakar kepada visi kebangsaan yang sama: satu nusa, satu bangsa dan satu bahasa yaitu Indonesia.

"Di tangan pemimpin yang memiliki Visi Kebangsaan, Pancasila akan menjadi energi besar yang menyatukan seluruh komponen bangsa. Sebaliknya, di tangan pemimpin yang buta Visi Kebangsaan, maka Pancasila akan dijadikan alat kekuasaan untuk mengadu domba sesama anak bangsa dan digunakan untuk memberangus kelompok-kelompok yang dianggap berbeda pandangan dan mengancam hegemoni kekuasaan," terang Syaikhu.

Syaikhu menambahkan, akhir-akhir ini kita merasakan ada rasa persatuan dan persaudaraan kita yang mulai terusik. Ada upaya yang mencoba membenturkan antara Islam dengan Pancasila dan NKRI.

Ada sebagian kelompok yang mencoba melakukan stigma kepada umat Islam bahwa dengan menjadi seorang Muslim yang taat maka seolah-olah tidak bisa menjadi seorang Pancasilais sekaligus Nasionalis sejati.

"Perlu kita tegaskan disini bahwa Islam, Pancasila dan NKRI adalah satu kesatuan yang tak bisa dipisahkan. Barangsiapa yang membenturkan antara Islam, Pancasila, NKRI, maka dia dengan sengaja memunggungi takdir sejarah terbentuknya Republik Indonesia," sebut Syaikhu.

Syaikhu menegaskan, di tengah situasi nasional yang begitu berat seperti saat ini, bangsa ini membutuhkan kepemimpinan nasional yang mampu membangun rasa persatuan.

Bangsa ini membutuhkan kolaborasi bukan segregasi apalagi polarisasi. Tindakan-tindakan adu domba dan pemecah belah bangsa ini adalah tindakan yang jelas tidak Pancasilais dan tidak nasionalis.

"Jangan sekali-kali membenturkan identitas sesama anak bangsa demi meraih kepentingan kekuasaan. Atas nama Pancasila, ada unsur-unsur kekuasaan yang menstigma anak bangsa lainnya sebagai kelompok radikal dan anti NKRI," kata dia.

Syaikhu mengajak agar siapa saja mengkakhiri klaim-klaim sepihak “Saya Pancasila, Kami Pancasila”. Tindakan klaim-klaim sepihak tersebut akan melukai dan membenturkan identitas sesama anak bangsa. Kita harus sama-sama mengumandangkan “KITA PANCASILA”

"Bagi PKS, Pancasila, UUD NRI 1945, NKRI dan Bhineka Tunggal Ika adalah konsensus bangsa yang tidak perlu diperdebatkan lagi. Tugas kita saat ini adalah merealisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pancasila itu kita amalkan bukan kita perdebatkan," kata dia.