Meneladani Kartini, Menumbuhkan Pendidik Manusia Berkualitas

JAKARTA (21/4) – Raden Ajeng (RA) Kartini dalam setiap suratnya menulis keinginannya memperjuangkan pendidikan agar perempuan lebih cakap menunaikan amanah sebagai ibu pendidik manusia yang pertama. Poin ini menjadi inti perjuangan Bidang Perempuan PKS di seluruh Indonesia, karena masa depan bangsa tidak hanya ditentukan dari kualitas generasi muda, tetapi juga orang tua yang baik dalam mendidik putra-putrinya.

Demikian disampaikan Ketua Bidang Perempuan (Bidpuan) Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Anis Byarwati, saat ditemui di ruang kerja Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Yarsi, Jakarta Pusat, Senin (20/4) malam. 

"Kemajuan perempuan dalam perannya sebagai ibu generasi, berangkat dari kesuksesan menata keluarga dengan baik," kata Anis.

Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Yarsi itu menjelaskan, ada salah kaprah yang terjadi di masyarakat dalam memahami perjuangan RA Kartini. Peringatan 21 April sebagai Hari Kartini bukan sekedar seremoni atau mengenakan pakaian tradisional, lebih dari itu seharusnya masyarakat, terutama perempuan Indonesia mampu memahami pentingnya hakikat pendidikan untuk membangun peradaban.

“Ibu Kartini memperjuangkan pendidikan untuk apa? Beliau ingin perempuan lebih cakap dalam mendidik generasi. Sesibuk apapun karier perempuan seharusnya tidak boleh lupa tugas sebagai pendidik utama anak-anaknya dalam keluarga. Kami dari Bidpuan PKS memiliki cara pandang bahwa perempuan Indonesia harus memanfaatkan kecerdasan yang dimiliki untuk menjadi pendidik generasi. Perempuan perlu punya satu pola manajemen untuk dapat menangani anak-anak dan memberi kontribusi kepada masyarakat,” jelasnya.

Keluarga Rasulullah SAW, lanjut Anis, merupakan suri tauladan yang baik, prestasi dan kontribusi mereka melesat setelah menikah. Contohnya, lanjut Anis, Ummul Mukminin Aisyah, menjadi sumber utama hadist-hadist yang dirawi Imam Bukhari. 

“Belajar dan mengambil hikmah dari kehidupan keluarga Rasulullah SAW merupakan pelajaran berharga bagi kita. Perempuan berkeluarga bukan menjadikannya mundur, namun justru semakin cemerlang. Kemajuan itu tumbuh dan berkembang dalam lingkungan kondusif. Perempuan dan laki-laki saling melengkapi, membangun rumah tangga yang nyaman untuk maju bersama,” ujarnya.

Anis pun berpesan kepada seluruh perempuan Indonesia untuk saling mendukung dan mengingatkan kewajiban utama dalam keluarga. Menurut Anis, peran sebagai pendidik manusia yang pertama merupakan pemberian langsung dari Allah SWT. Hal itu berbeda dengan posisi apapun yang dapat dilepas kapan saja, sedangkan peran sebagai Ibu tidak tergantikan. 

“Mari, kita bersama saling memahami, bahwa kita diciptakan Allah SWT sebagai manusia yang tumbuh dari keluarga. Karakter anak tumbuh dan berkembang dari lingkungan keluarganya. Terutama kaum perempuan, sebagai Ibu harus cakap dalam mendidik putra-putrinya. Kecakapan itu berasal dari pendidikan, tidak harus formal, yang terpenting memahami bahwa menumbuhkan anak yang berkarakter baik merupakan modal utama membangun bangsa besar yang maju dan santun,” pungkasnya.