Hari Bidan Nasional, PKS : Bidan Pahlawan bagi Ibu dan Anak Indonesia

Jakarta -- Pandemi Covid-19 yang berlangsung lebih dari setahun di Indonesia tak lepas dari perjuangan tenaga kesehatan (nakes) yang bahu membahu melayani kesehatan pasien Covid-19. Bahkan, dalam perjuangan melayani pasien Covid-19 banyak nakes yang terpapar Covid-19 di tempat kerja, baik di rumah sakit (RS), klinik maupun puskesmas. Seakan-akan area kerja para nakes itu menjadi lokasi yang menyeramkan. Nakes yang berada di garda terdepan di pandemi Covid-19 termasuk para bidan Indonesia.

Apalagi banyak orang tanpa gejala (OTG) yang terinfeksi Covid-19 namun datang ke fasilitas Kesehatan (faskes) dengan keluhan biasa, namun ujung-ujungnya pasien OTG itu menularkan Covid-19 ke nakes yang melayaninya. Beberapa rumah sakit dan Puskemas bahkan muncul menjadi klaster Covid-19. Pandemi Covid-19 yang tak berkesudahan hingga saat ini membuat orang menjadi takut untuk datang ke faskes seperti RS, klinik maupun Puskemas.

Setiap tanggal 24 Juni Indonesia memperingati Hari Bidan Nasional. Dalam berjuang di masa pandemi Covid-19 tak bisa kita lupakan jasa dan pengorbanan bidan Indonesia. Di masa pandemi ini, banyak perempuan terutama ibu hamil dan ibu dengan balita yang lebih memilih untuk mendatangi bidan untuk memeriksa kandungannya atau balitanya. Demikian juga dengan perempuan yang akan memasang alat kontrasepsi akhirnya memilih mendatangi bidan dibanding mendatangi faskes.

Anggota Komisi IX DPR Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kurniasih Mufidayati memuji perjuangan bidan di Indonesia. Menurutnya, bidan adalah pahlawan di tengah pandemi Covid-19 yang membantu persalinan ataupun pemeriksaan kehamilan. Bahkan, di kampung-kampung masih banyak orang yang berobat ke bidan dikarenakan faskes yang jauh dan tenaga dokter yang masih terbatas.  

“Semakin banyaknya orang yang mendatangi bidan untuk pemeriksaan kehamilan, persalinan atau berobat membuat bidan juga berisiko terpapar Covid-19. Karena itu bidan harus mendapat perhatian untuk dilindungi karena potensi tertular Covid juga tinggi mengingat banyaknya OTG,” kata Mufida, Jumat (25/6/2021).

Selama ini, terangnya, perhatian untuk penyediaan alat pelindung diri (APD) bagi nakes lebih banyak diprioritaskan bagi dokter dan perawat. Sementara APD untuk bidan sering terlupakan. Padahal banyak bidan yang bertugas di RS maupun Puskesmas sangat berisiko.

Ketua Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga DPP PKS ini mengatakan bidan berisiko lebih tinggi tertular Covid-19 dikarenakan jarang dilengkapi APD. Berdasarkan data, terangnya, dalam 6 bulan pertama pandemi Covid-19 di Indonesia, terdapat 2.291 bidan yang terpapar Covid-19. Data dari Ikatan Dokter Indonesia juga nenyebutkan bahwa setelah satu tahun pandemi terdapat 106 bidan meninggal dunia dari 718 nakes yang meninggal dunia akibat terpapar Covid-19.

Di momentum Hari Bidan Nasional, Mufida mengingatkan pemerintah untuk memberikan perhatian dan perlindungan terhadap bidan dalam bertugas dengan menyediakan APD yang standar. Dia menilai bidan penting dalam melayani persalinan.

“Harusnya bidan dicukupkan APD-nya dan semua kebutuhannya dalam bertugas. Juga kesehatannya harus dijaga dan dilindungi. Bidan berperan penting dalam melayani persalinan,” imbuhnya.

Data BPS juga menunjukkan pada tahun 2020, secara nasional 56,5 % persalinan selamat yang ditangani bidan. Bahkan di Jawa Barat yang dekat dengan ibukota negara, persalinan yang ditangani bidan mencapai 60,2 %. Di beberapa provinsi seperti di NTB, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat, proporsi kelahiran yang selamat dan ditangani bidan mencapai lebih dari 70 % dari total persalinan.

“Lindungi bidan. Mereka adalah pahlawan yang terlupakan di masa pandemi Covid-19 ini,” tegas Anggota DPR RI Dapil Jakarta 2 yakni Jakarta Selatan, Jakarta Pusat dan Luar Negeri ini. Mereka adalah Pahlawan bagi ibu dan anak Indonesia.”