Berpeluang Masuk Tiga Besar, Tokoh Kristen Sebut PKS Sebagai Partai Nasionalis-Pancasilais

Relawan PKS saat melakukan penyemprotan disinfektan di salah satu gereja di Kota Poso, saat puncak pandemi Covid 19 beberapa waktu lalu.FOTO : HUMAS PKS SULTENG
Relawan PKS saat melakukan penyemprotan disinfektan di salah satu gereja di Kota Poso, saat puncak pandemi Covid 19 beberapa waktu lalu.FOTO : HUMAS PKS SULTENG

JAKARTA, MERCUSUAR – Partai Kadilan Sejahtera (PKS) yang baru-baru ini melangsungkan Milad ke-20 dianggap sebagai partai modern yang layak diperhitungkan. Selain karena kaderisasinya yang melahirkan tokoh-tokoh muda, partai ini juga tidak bergantung pada figur tertentu tetapi lebih kepada konsep perjuangan dan penegakan nilai-nilai yang sesuai dengan ajaran Islam. 

Menurut Ketua Umum Partisipasi Kristen Indonesia (Parkindo) Lukman Doloksaribu, sebagai partai politik, PKS merupakan aset bangsa yang secara formal bisa dikategorikan sebagai partai nasionalis dan Pancasilais. Keputusan PKS mengangkat dewan pakar dari kalangan non muslim beberapa waktu yang lalu diapresiasi sebagai keberanian yang penuh resiko.

“Saya secara pribadi berterimakasih kepada PKS atas keputusan baik ini yang membuat pada waktunya PKS akan menjadi partai yang semakin besar. Dan hal ini membuat warga Kristen semakin punya  banyak  pilihan partai. Kami semakin yakin PKS mampu memperjuangkan keadilan kepada semua anak bangsa dan memperjuangkan kesejahteraan semua warga negara sesuai dengan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia tanpa melihat latar belakang suku, agama, ras dan antar golongan,” tuturnya di Jakarta Selasa (14/6/2022).

Parpol, tambahnya, masih banyak yang tidak  melakukan pendidikan politik dengan baik kepada warga pemilih.  Hampir semuanya masih berwajah ganda, yang dalam saat tertentu mengatakan diri nasionalis dan Pancasilais tapi disaat pesta demokrasi mengkapitalisasi agama untuk berkuasa. 

“Kami berharap PKS sebagia partai terbuka mampu mewujudkan partai anti korupsi, partai yang benar-benar memikirkan masa depan bangsa, partai yang serius melakukan pendidikan politik. Kami akan tetap menjalin hubungan baik dengan PKS, karena sesama anak bangsa kita harus bisa duduk bersama sebagaimana dulu para senior kami seperti pak Johannes Leimena yang bisa bersahabat baik dengan Mohammad Natsir, tokoh Masyumi yang memperjuangkan Syariat Islam,” imbuhnya. 

Lukman pun meyakini bahwa pendiri PKS berniat untuk membangun bangsa Indonesia melalui jalur politik. 

“PKS partai terbuka yang sudah mengarah menjadi partai nasionalis dan Pancasilais, dan seandainya PKS memimpin secara nasional, saya yakin PKS akan mengayomi dan melindungi kaum minoritas.”

Dihubungi terpisah, pengamat politik sekaligus Direktur Eksekutif Sinergi Data Indonesia Barkah Pattimahu mengatakan dengan hadirnya tokoh Kristen dalam struktur maupun wakil di legislatif menunjukan PKS tidak terpaku pada ceruk pemilih muslim yang tidak saja diperebutkan partai Islam tetapi juga partai nasional. 

“PKS adalah partai berazas Islam tetapi memposisikan diri sebagai partai terbuka. Strategi ini dibuktikan dengan hadirnya tokoh Kristen dalam struktur dan juga calon legislatif di sejumlah daerah khususnya di wikayah timur Indonesia,” ungkapnya.

PKS, dalam pandangannya, memiliki tren positif dari Pemilu 2014 ke pemilu 2019, dan suara PKS bisa potensial naik untuk menembus posisi lima besar apabila partai ini bisa tepat dalam memilih calon presiden di luar kader.

“(Namun) apabila PKS memiliki kader yang punya nilai jual pada pilpres 2024 nanti, kemudian bisa memanfaatkan momentum secara maksimal, serta mampu mempertahankan basis massanya yang dicoba diambil oleh partai lain, maka PKS berpotensi masuk ke posisi tiga besar,” tegasnya.