Muntahnya Jimet Tak Halanginya Jaga Suara PKS

Saksi PKS yang Luar Biasa Gigih Menjaga Suara Hingga Lewat Tengah Malam. Foto : Ilustrasi
Saksi PKS yang Luar Biasa Gigih Menjaga Suara Hingga Lewat Tengah Malam. Foto : Ilustrasi

Jakarta (18/04) -- Kondisi perut Fauzi Rahmat mendadak tak karuan. Seperti ada yang mengaduk-aduk lambungnya, mendesak diri ingin mengeluarkan apa yang ada di perutnya. Keringat dingin bermunculan di sudut-sudut kepalanya. Badannya melemas. Tak lama kemudian, ia minta izin sebentar ke masjid tak jauh dari Tempat Pemungutan Suara di kawasan Kalisari, Pasar Rebo, Jakarta Timur.

Sampai di kamar mandi masjid, Jimet, begitu pria itu kerap disapa, langsung mengeluarkan isi perutnya. Tak ada seorang pun yang tahu kondisinya. Saat itu, sudah dini hari sekitar pukul 01.00 WIB. Jimet masih berjaga menjadi saksi dari Partai Keadilan Sejahtera.

Sepulang dari masjid ia kembali lagi ke TPS. Di sebuah kursi panjang ia istirahat barang sejenak. Usai itu ia kembali beraktivitas. Menjaga suara agar ‘tak berisik’. Bapak muda itu sudah datang seperti saksi-saksi pada umumnya meski badannya agak tak enak.

“Di sumpah menjadi saksi sekitar pukul 06.30 WIB,” tuturnya saat ditanya pada Kamis (18/4/2019).

Ia tak sendiri tapi bersama dua saksi dari partai politik. Hanya saja saksi dari partai lain mendesak kepada Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) minta segera diselesaikan agar cepat pulang ke rumah.

Ada perlakuan yang berbeda yang ia dapatkan dari Ketua KPPS. Bukan apa-apa, Jimet dianggap paling membantu menjelaskan soal surat suara pencalegan apakah masuknya ke partai atau ke caleg saat KPPSnya sedang bingung.

Selain itu saksi PKS paling rajin mengecek pleno setiap ada kesalahan penulisan dan penjumlahannya. Sementara, tanpa mengangkuhkan diri, saksi dari partai lain hanya duduk diam saja dan saat ditanya seringnya tidak tahu.

“Kemarin pas pleno ada kesalahan pas saya cek. Hasilnya KPPS berterima kasih ke saksi PKS karena membantu membantu meringankan pekerjaan petugas,” tutur pria yang kesehariannya sebagai office boy itu.

Jimet merasa berjuang mengamankan suara adalah amanah dan ia mengaku harus menjalankan amanah itu dengan baik. Meski badannya sedang sakit dan anaknya di rumah juga sakit.