Memutus Rantai Perundungan Perlu Upaya Bersama

Penulis : Ir. Hj. Tuti Elfita, M.Si.

Kadept Kajian Perempuan, Anak dan Keluarga BPKK DPP PKS

 

Kasus perundungan yang dilakukan oleh anak terhadap sesama anak semakin marak. Hampir setiap hari masyarakat disuguhkan informasi tentang kasus perundungan anak yang terjadi dari tingkat sekolah dasar hingga menengah atas. Salah satunya adalah kasus perundungan yang dilakukan oleh anak berinisial MK (15 tahun), siswa kelas 9 SMP, kepada RF (14) adik kelasnya pada tanggal 26 September 2023 lalu di Cilacap, Jawa Tengah.

Apa itu perundungan? Perundungan adalah setiap perilaku agresif yang bertujuan menyakiti orang lain secara berulang dan disengaja untuk membuat orang lain tidak nyaman atau cedera. Perundungan dapat berupa fisik dan non fisik (verbal, sosial, cyber). Efek kekerasannya juga tidak main-main. Korban perundungan non fisik bisa merasakan depresi yang memunculkan keinginan bunuh diri. Sementara itu, korban perundungan fisik bisa mengalami luka berat seperti mata buta, tulang rusuk patah, bahkan kematian. Belakangan sedang viral di media sosial kasus perundungan anak di Cilacap dan Balikpapan.

Tentu saja ini menjadi perhatian dan keprihatinan banyak pihak. Perundungan bukan kejadian biasa dan perlu mendapatkan respons serius. Efek buruk perundungan tidak hanya dirasakan oleh korban dan pelaku, tetapi juga anak-anak di sekitarnya.

Untuk memutuskan rantai perundungan anak dibutuhkan kerja sama banyak pihak, termasuk orang tua dan pihak sekolah. Peran aktif orang tua dan pihak sekolah sangat diharapkan untuk mencegah dan meminimalisir kasus perundungan anak yang semakin terasa membahayakan.  

Beberapa hal berikut dapat dilakukan orang tua sebagai upaya mencegah dan melindungi anak menjadi korban maupun pelaku perundungan:

  1. Memahami ciri-ciri anak yang terlibat perundungan, seperti murung, gusar, tidak tenang, mudah cemas, cenderung menyendiri, enggan pergi ke sekolah, hingga adanya luka atau memar pada tubuh anak.
  2. Memberikan pemahaman akibat buruk perundungan dan cara menyikapinya, seperti berani melapor ke orang tua atau guru saat mengalami perundungan.
  3. Menciptakan suasana rumah yang aman, nyaman, dan menyenangkan untuk anak dengan banyak berdiskusi dan membangun komunikasi yang baik dengan anak.
  4. Melatih keterampilan sosial anak dan cara berkomunikasi agar anak dapat berperilaku santun dan memiliki kepedulian dengan sekitarnya.
  5. Mengenalkan tentang perbedaan sehingga tidak memusuhi atau memandang lebih rendah orang yang memiliki perbedaan.
  6. Ajarkan tentang konteks perilaku benar dan salah.

Lembaga Dana Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) memberi tips untuk para guru dalam menangani kasus perundungan di sekolah:

  1. Para guru harus terlibat aktif dalam melakukan penanganan kasus perundungan di sekolah dengan cara membantu dan mendampingi korban.
  2. Apabila menerima laporan dari anak yang mengaku dirundung atau dilecehkan, berikut beberapa langkah yang harus diambil:
  • Tanggapi kejadian dengan serius.
  • Hargai dan berterima kasih kepada siswa karena telah melapor.
  • Tunjukkan empati.
  • Bantu anak yang dirundung untuk membela dirinya sendiri dengan meyakinkan bahwa ia bisa berkata tidak suka jika dirundung.
  • Tanyakan kepada anak apa yang dapat dilakukan untuk membuatnya merasa aman.
  • Bicara dengan setiap anak yang terlibat secara terpisah. Dorong dan hargai nilai kejujuran.
  • Pertimbangkan peran dan pengaruh “kelompok sebaya”. Jika perundungan dilakukan oleh kelompok, semua harus menanggung konsekuensinya, terutama agar mengetahui dampak terhadap korban.
  • Ambil tindakan terhadap pelaku. Beri tahu si anak, orang tuanya, dan kelas perkembangan kasusnya.
  • Jika perlu, cari bantuan pihak eksternal.

Selain itu, pihak sekolah harus menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman untuk anak. Para guru memberikan contoh cara berinteraksi yang baik dengan tidak adanya kekerasan verbal maupun fisik. Tidak kalah penting juga adalah melatih sensitifitas agar dapat mendeteksi potensi perilaku perundungan di antara siswa.

Bagaimana dengan peran anak-anak sendiri? Berikut beberapa hal yang bisa diajarkan kepada anak-anak:

  1. Kenali ciri-ciri perundungan:
  • Dilakukan terus menerus (bukan hanya sesekali)
  • Membuat perasaan anak tidak nyaman, misal sedih, kesal, malu.

Bila anak mendeteksi ciri-ciri tersebut, segera laporkan ke orang tua atau guru agar tidak berlanjut ke perilaku yang lebih berat atau berbahaya.

  1. Saat melihat ada teman yang dirundung, ajarkan anak untuk tidak membiarkan dengan cara melaporkan ke guru atau orang tua.

 

 

Sumber:

https://gaya.tempo.co/read/1779097/marak-bullying-anak-ada-apa-dengan-generasi-sekarang

https://ditsmp.kemdikbud.go.id/peran-orang-tua-dalam-mencegah-perundungan/

https://www.unicef.org/indonesia/id/child-protection/tips-untuk-guru-mengatasi-bullying#:~:text=Membangun%20pedoman%20yang%20tegas%20dan,siswa%20di%20ruang%20kelas%20Anda.

https://voi.id/lifestyle/54564/agar-tidak-menjadi-pelaku-i-bullying-i-ini-5-peran-orang-tua-dalam-mendidik-anak

https://www.kompas.tv/pendidikan/428587/guru-wajib-tahu-ini-tips-mengatasi-perundungan-atau-bullying-di-sekolah