Melek Teknologi Digital, Pengamat Politik Minta PKS Lakukan Ini

Pengamat Politik Djayadi Hanan dalam acara Public Talkshow Rakernas PKS, Selasa (01/02/2022). (Donny/PKSFoto)
Pengamat Politik Djayadi Hanan dalam acara Public Talkshow Rakernas PKS, Selasa (01/02/2022). (Donny/PKSFoto)

Jakarta -- Pengamat Politik Djayadi Hanan menyarankan beberapa poin pemanfaatan teknologi yang dapat diterapkan oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) untuk menjangkau pemilih muda.

"Kalau kita perhatikan, pemilih PKS itu 80% pengguna internet. Kabar baiknya, pengguna internet itu orang muda. Mereka ini hampir semuanya pengguna internet. Jadi itu berita baiknya bagi partai seperti PKS, untuk betul-betul mempelajarinya secara detail bagaimana memanfaatkan teknologi informasi ini untuk menjangkau para pemilih yang muda itu," papar Djayadi dalam Side Event Discussion acara Rakernas PKS yang mengusung tema Transformasi Digital dan Akselerasi Demokrasi, Selasa (01/02/2022).

Lalu apa yang bisa dilakukan PKS ke depan? Lanjut Djayadi.

"Pertama sama seperti partai-partai di negara lain, merespons secara positif dengan melakukan digital campaigning. Ini dilakukan bukan hanya untuk Pemilu, tapi juga in beetween diantara Pemilu," tutur Djayadi.

Djayadi menambahkan poin selanjutnya adalah open and responsive digital democratic governance.

"Itu perlu digalakkan minimal di internal PKS, baik secara horizontal maupun vertikal. Untuk ini jangkauannya ada dua, satu saya sebut dengan internal customer yaitu pengurus dan anggotanya dan yang kedua external customer yaitu voter atau bisa juga publik yang lebih luas," jelas Djayadi.

Poin selanjutnya Djayadi mengingatkan tentang adanya wilayah high, middle, dan low technology.

"Yaitu mencoba menghubungkan antara yang high technology seperti Jakarta dengan wilayah yang middle technology dan low technology. Dengan begitu aktivitas PKS akan mendapatkan support baik dari bawah maupun pusat," kata Djayadi.

Djayadi juga menyoroti untuk menggaet orang-orang yang tidak tertarik dengan isu politik.

"Ada yang namanya connective communities. Masyarakat di luar itu terhubung satu sama lain. Kalau sekarang connective jadi dia bersifat connection, oleh karena itu membangun komunitas yang terhubung satu sama lain dengan isu yang sifatnya connective. Nah, ini harus dilakukan PKS bagaimana orang-orang yang tidak tertarik dengan isu keras dalam politik digaet dengan isu politik yang sifatnya non politik," urai Djayadi.

Terakhir jangan lupa bahwa Indonesia itu masih masuk yang middle technology democracy, tambah Djayadi.

"Demokrasi yang akses ICT (Information Communication Technology) nya medium, itu artinya masih banyak wilayah yang tidak tersentuh ICT padahal mereka juga dalam perspektif partai politik perlu dirangkul. Jadi jalan satu-satunya adalah melakukan mix antara online dan offline activities dari partai," ucap Djayadi.