Dr.Salim Berdialog dengan Presiden Republik Ijo Tomat

Ketua Majelis Syura PKS, Dr. Salim Segaf berdialog dengan influencer muda Syakir Daulay
Ketua Majelis Syura PKS, Dr. Salim Segaf berdialog dengan influencer muda Syakir Daulay

Sebuah pertemuan dan percakapan langka, dua generasi berbeda era. Ketua Majelis Syura PKS, Dr. Salim Segaf berdialog dengan influencer muda Syakir Daulay yang memproklamasikan diri sebagai Presiden Republik Ijo Tomat (Ikatan Jomblo Terhormat). Pertemuan terjadi di kediaman Dr. Salim Segaf, kawasan Pejaten, Jakarta Selatan.

“Assalamu’alaiku teman-teman semua, hari ini Syakir bertemu dengan salah seorang tokoh panutan, seorang Doktor (dalam bidang ilmu syariah), Habib juga dan politisi-negarawan,” sapa Syakir dalam akun instagramnya. Pertemuan berlangsung sekitar dua jam dan Syakir serta seluruh krunya dites-swab dulu untuk memastikan kesehatan.

Dr. Salim menyambut Syakir di teras rumahnya dengan menggunakan masker. Syakir menyatakan kegembiraannya sudah bertemu langsung dengan Dr. Salim karena selama ini cuma mendengar di media massa dan media sosial tentang sosok Menteri Sosial RI (2009-2014) dan Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi dan Kesultanan Oman (2005-2009).

Bincang santai dilakukan di paviliun rumah nan asri dikelilingi taman dan kolam kecil, serta suara burung nuri. Dalam ruangan tercium wangi kesturi, sedang pintu dibiarkan terbuka agar masuk udara segar. Ada purifier (penyegar udara) bikinan kampus dalam negeri yang menyedot virus dan partikel lain.

Topik perbincangan tentang bagaimana mengisi masa muda dan panduan qurban di masa pandemi. Salim Segaf menamatkan Sekolah Dasar di kota Solo, Jawa Tengah dan Sekolah Menengah Pertama/Atas di kota Palu, Sulawesi Tengah. “Masa muda saya seperti anak-anak muda lain, tapi semangat belajar luar biasa. Saya meneruskan kuliah ke Madinah Islamic University pada usia 18 tahun. Program S1 (sarjana), S2 (pasca sarjana) hingga S3 (doktoral) saya selesaikan di Madinah,” papar Dr. Salim menjawab Syakir yang kepo.

Setelah belajar di negeri yang jauh, Salim memutuskan untuk kembali ke Tanah Air bergelut dalam dunia pendidikan. “Tidak buka bisnis travel haji dan umrah seperti kebanyakan orang?” tanya Syakir. Tidak, karena passion Salim ternyata di dunia pendidikan dan aksi kemanusiaan. “Kakek saya kan mendirikan Perguruan Al-Khairaat yang mengelola sekolah/madrasah lebih dari 1.400 di kawasan timur Indonesia. Saya terinspirasi oleh perjuangan beliau,” ungkap Salim.

Gurutua SIS al-Jufri (Sayid Idrus bin Salim al-Jufri) mendirikan Al-Khairaat pada 30 Juni 1930 di Kota Palu. Perguruan Al-Khairaat tak hanya membina masyarakat di Sulawesi, tetapi juga di Maluku hingga Papua. Cukup banyak alumni Al-Khairaat yang menjadi tokoh daerah dan nasional. Karena jasanya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, maka Gurutua mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana dari Pemerintah RI.

Uniknya, walau kuliah di mancanegara, Salim selalu menghabiskan waktu liburan untuk bertualang ke pedalaman hutan di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. “Mumpung masih muda, kita harus mengenal negeri sendiri. Jika kita tidak mengenal Indonesia, bagaimana kita akan mencintai dan berkontribusi untuk negeri ini?” tanya Dr. Salim. Ia menceritakan pengalaman bertemu suku Dayak Burusu di Kalimantan dan suku Dani di Lembah Baliem, Papua. Syakir tak mau kalah, cerita perjalanannya ke Konawe, Sulawesi Tenggara yang penuh tantangan.

Lalu, bagaimana cara kita mensikapi penyelenggaraan ibadah qurban di masa pandemi? Sebagai jomblo taat dan terhormat, Syakir penasaran. “Hukum berqurban itu sunnah muakkadah bagi yang mampu. Proses penyembelihan hewan qurban tidak mesti dilakukan sendiri, bisa diwakilkan kepada ahlinya. Apalagi di masa pandemi, agar tidak terjadi kerumunan, maka dapat diakukan Rumah Potong Hewan (RPH),” jelas Salim. Sebagian dana qurban bisa disalurkan untuk warga yang terkena dampak pandemi berupa bahan pangan atau obat-obatan.

Syakir tambah semangat mengajak generasi muda untuk berqurban. Meski hanya punya uang Rp 500.000, kita tetap bisa berqurban dengan cara patungan. Bila dananya belum cukup juga untuk membeli hewan qurban, maka dapat diberikan kepada tetangga yang kesusahan. Pahalanya akan dilipatgandakan oleh Allah Yang Maha Pemurah. “Mau tahu amalan sederhana yang pahalanya setara dengan haji dan umrah?” seru Syakir.

Ternyata bangun pagi untuk shalat Subuh, lalu berdoa dan berzikir di masjid sampai shalat Dhuha, maka akan diberi ganjaran senilai haji dan umrah yang sempurna (HR Thabrani). So, anak muda harus bangun pagi dan melakukan berbagai kegiatan positif setelah beribadah.