Alasan Gamal Albinsaid Berkenan Dipinang Jadi Ketua DPP PKS

Ketua DPP PKS Bidang Kepemudaan dr Gamal Albinsaid memberikan keterangan kepada media di Munas V PKS, Bandung (29/11) (Daru/PKSFoto)
Ketua DPP PKS Bidang Kepemudaan dr Gamal Albinsaid memberikan keterangan kepada media di Munas V PKS, Bandung (29/11) (Daru/PKSFoto)

Bandung (29/11) - Aktivis Sosiopreneur dan tokoh pemuda nasional dr Gamal Albinsaid ditunjuk menjadi Ketua Bidang Kepemudaan DPP PKS pada gelaran Munas V PKS di Bandung, Ahad (29/11/2020).

Gamal menyatakan alasan dirinya berkenan menjadi Ketua DPP PKS. Gamal menyebut dirinya adalah anak muda dari daerah, namun PKS berani memberikan perhatian, kesempatan dan kepercayaan.

"Jadi saya ingin berpesan kepada generasi pemuda di negeri ini. Tidak peduli usia kita, siapapun yang punya ide dan gagasan, mereka punya tempat untuk mengabdi di negeri ini," papar Gamal dalam puncak Munas V PKS di Bandung, Ahad (29/11/2020).

Gamal menyebut dirinya melihat budaya partai politik memiliki kelebihan dan kekurangan. Gamal mengapresiasi PKS menerapkan budaya merit sistem yang memberikan penghargaan lebih kepada orang-orang berprestasi.

"Jadi PKS ingin memberikan pesan kepada generasi muda Indonesia. Partai ini memberikan keadilan peluang. Partai ini memberikan kesempatan yang sungguh-sungguh dan berkomitmen," ujar dia.

Sebelum menerima amanah sebagai Ketua DPP PKS Bidang Kepemudaan, ia mengaku berdiskusi dengan Pimpinan PKS. Ia sepakat, bahwa anak muda tidak boleh dijadikan objek politik tapi sebagai pelaku dengan partai politik membuat program yang menjawab persoalan anak-anak muda.

"Konsepnya adalah PKS tidak menjadikan milenial sebagai objek, tidak melihatnya sebagai mangsa politik. Tidak melihatnya sebagai target politik. Tapi kita melihatnya sebagai subjek politik. Sehingga basis berpikir itu akan membuat kita punya orientasi untuk memberikan sesuatu yang mereka butuhkan," papar dia

Gamal pun mengungkapkan beberapa data soal kebutuhan dan persoalan anak-anak muda Indonesia. Ia menyebut hanya 2,7 persen anak muda yang suka politik. Kemudian hanya 11 persen yang mau bergabung dengan partai politik.

"Lalu apa yang mereka butuhkan? 69,1 persen mereka menyatakan mereka suka wirausaha. Sebanyak 20,5 persen mengatakan butuh lapangan kerja," sebut Gamal.

Oleh karena itu, papar dia, partai politik tidak boleh mendekati milenial dengan gaya berpakaian, gaya bermedia sosial, atau narasi politik.

"Tapi benar-benar menghasilkan sebuah program yang menyelesaikan masalah dari generasi milenial. Saya yakin Indonesia sedang memasuki sebuah era baru di mana nilai penghormatan bukan diberikan lagi kepada orang-orang yang memiliki kebebasan finansial tapi kepada mereka anak muda yang memiliki ide, gagasan dan kepedulian," cetusnya.