Pengendalian Hawa Nafsu

Seseorang dapat terjerumus ke dalam perbuatan dosa atau kesalahan, karena  ketidakmampuannya mengendalikan hawa nafsu. Hawa nafsu memiliki sifat alami terendah, yaitu sifat hewan (hayawaniah), yaitu cenderung mendorong kepada keburukan serta bertentangan dengan kebenaran, karena  prinsip kerjanya hanya mengejar kesenangan (pleasure  principle) semata.

Hawa nafsu adalah substansi jiwa manusia yang tidak dapat dihilangkan, melainkan dapat dikendalikan dan diarahkan. Sebab  Allah telah menciptakannya dengan tujuan antara lain agar manusia dapat merasakan kesenangan di dunia. (QS. 3: 19). Namun, Allah juga menghendaki agar dalam rangka memperoleh kesenangan tersebut, manusia tidak melanggar aturan-aturanNya. Dalam hal ini Allah memberi peluang agar manusia tidak hanya dapat memperoleh kesenangan duniawi saja dengan memenuhi dorongan hawa nafsu, namun juga berhak untuk mendapat kebahagiaan di akhirat dengan cara mengendalikan hawa nafsu agar tetap mengikuti aturan-aturanNya. Hawa nafsu yang tunduk pada aturan-aturan Allah SWT itulah yang dinamakan hawa nafsu yang mendapat petunjuk dan rahmat Allah. (QS. 12: 53).

Dalam Al-Quran diceritakan beberapa contoh kehinaan dan kejatuhan manusia, disebabkan karena menuruti hawa nafsu. Diantaranya adalah profil Fir’aun yang dikuasai hawa nafsu kekuasaan yang mendorongnya menjadi seorang penguasa yang diktator,. Qarun dikuasai hawa nafsu terhadap harta yang membuatnya menjadi seorang yang sangat bakhil dan tidak memiliki kepedulian kepada sesama, kaum Luth yang dikuasai hawa nafsu seks menyimpang, dan sebagainya, kemudian Allah murka dan menurunkan kepada mereka adzabNya disebabkan karena mereka memperturutkan hawa nafsunya dan tidak taat kepadaNya.

Mencermati dan meminimalkan gerak hawa nafsu dalam memengaruhi setiap lintasan pikiran, perkataan, dan perbuatan, merupakan hal yang penting dan harus senantiasa dilakukan agar kita terhindar dari perbuatan dosa dan kemurkaan Allah.  

Sebagaimana nasehat Hasan al-Bashri, “Kekanglah keinginan hawa nafsumu karena ia selalu membujukmu untuk melakukan hal-hal yang buruk. Jangan turuti rayuannya karena bila kamu menuruti kemauannya, ia akan menggiringmu kepada puncak keburukan. Tumpas hawa nafsumu dengan zikir, karena dengan zikir ia akan cepat melemah.”

Dzikirullah, mengingat Allah, baik secara umum (selalu merasakan pengawasan Allah dimana pun berada) maupun secara khusus (melalui ibadah ritual dan doa), adalah cara efektif mengekang hawa nafsu. Dengan dzikrullah pula, hati seseorang menjadi lebih sensitif dalam mengenali apakah suatu perbuatan didasari oleh kebenaran iman atau didasari oleh hawa nafsu.

Muhammad al-Kindi berkata, “Aku mendengar guru-guru kami berkata, “Jika Anda dihadapkan pada dua hal yang Anda tidak tahu mana dari keduanya yang diridlai Allah, maka lihatlah yang paling dekat kepada hawa nafsu Anda, kemudian ambillah yang berlawanan dengannya. Karena kebenaran itu berlawanan dengan hawa nafsu. Wallahu a’lam.

(Dept. Ketahanan Keluarga BPKK DPP PKS)