RKI PKS Sudah Tangani Kasus Kekerasan Seksual dari Perkosaan Hingga KDRT

Jakarta-- Rumah Keluarga Indonesia menjadi wadah bagi korban kekerasan maupun penyimpangan seksual untuk berkonsultasi terkait masalah yang dialaminya, dalam acara Pelatihan Konsultan Keluarga RKI Tingkat Lanjut dengan tema Perlindungan Korban Kejahatan Seksual Ahad (21/11/2021) beberapa konsultan RKI sharing pengalaman terkait menangani korban.

Konsultan RKI, Rochma Yulika mengemukakan, ketidakpedulian masyarakat berpengaruh terhadap lambannya penanganan korban yang mengalami depresi.

“Bagi masyarakat umum, kepedulian masyarakat masih kurang. Bahkan kami selaku konsultan yang membantu merasa kesulitan. Kurangnya perhatian khusus menyebabkan lambatnya penanganan depresi pada korban, kita perlu memberikan edukasi kepada masyarakat secara luas bahwa dampak pelecehan seksual bukan masalah sepele,” kata Rochma.

Ia menceritakan kasus yang pernah ditangani oleh para konsultan di wilayah Yogya salah satunya korban pemerkosaan dialami seorang gadis yang masih menhalami depresi hingga saat ini

“Ada kasus yang ada di wilayah Banguntapan, pagi hari gadis itu sedang menunggu bis untuk menuju tempat kerja. Ketika menunggu tetiba ada mobil yang dinaiki oleh beberapa lelaki yang memaksa masuk ke dalamnya. Lantas dibawanya ke suatu tempat yang tidak diketahui,” tutur Rochma.

“Usai dijadikan sasaran pelampiasan nafsu, gadis tersebut dikembalikan di tempat semula (Pinggir jalan) kondisi lemah ditemukan oleh orang sekitar. Dan diantar pulang. Selepas peristiwa tersebut kondisi korban depresi hingga sekarang yang butuh penanganan khusus,” lanjutnya.

Senada dengan itu, hal yang sama juga disampaikan konsultan RKI bernama Muslimah, ia menceritakan kasus yang pernaah ditanganinya mulai dari perzinahan yang dilakukan suami istri, hingga pernikahan terpaksa akibat hamil diluar nikah.

“Banyak kasus kejahatan seksual yang saya tangani. Suami yang berzina, istri yang berselingkuh, pelecehan seksual pada pacar, percobaan perkosaan pada teman aktifis organisasi, kasus pencabulan anak,  pernikahan terpaksa akibat hamil di luar nikah dan semacamnya,” jelas Muslimah.

Ia menegaskan, perlu waktu lama bagi korban dalam menghilangkan trauma mental akibat kejadian yang dialaminya.

“Secara umum, berdampak trauma yang dalam bagi korban dan tidak mudah untuk proses healingnya dan mengancam kesejahteraan mental jangka panjang,” kata dia.

Konsultan RKI asal Kalimantan Selatan, Ahmad Jazuli juga menyampaikan pengalamannya, menurutnya, dalam menangani korban kekerasan maupun kejahatan seksual menggunakan pendekatan positif dengan mendekatkan korban kembali pada ajaran keagamaan.

“Walau butuh waktu,cara ini efektif dalam menangani korban, melalui pendekatan positif, mendekatkan dia kembali dengan ajaran keagamaan,” ujar Jazuli.

Lain lagi dengan cara konsultan RKI asal Jawa Barat Rita Sukendar yang juga menjabat Sekretaris BPKK DPW PKS Jabar, ia memprioritaskan pencegahan dalam mencegah munculnya kekerasan penyimpangan seksual di dalam keluarga.

“Dengan membangun support system yang baik di dalam keluarga, serta bekerja sama dengan stake holder di masyarakat, seperti dengan pihak KUA melalui bimbungan pranikah,” terang Rita.

Partai Keadilan Sejahtera (PKS) melalui Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga menyiapkan dua ribu konsultan keluarga dalam Rumah Keluarga Indonesia (RKI) untuk memberikan konsultasi permasalahan yang terjadi di tengah masyarakat seperti permasalahan di dalam keluarga, serta kejahatan dan penyimpangan seksual.