Sektor Maritim Indonesia Belum Merdeka, Masih Sebatas Slogan

Foto: Wakil Ketua Bidang Pekerja, Petani dan Nelayan (BPPN) DPP PKS Riyono/ PKSFoto
Foto: Wakil Ketua Bidang Pekerja, Petani dan Nelayan (BPPN) DPP PKS Riyono/ PKSFoto

Jakarta (17/8) - Wakil Ketua Bidang Pekerja, Petani dan Nelayan (BPPN) DPP PKS Riyono menyoroti nasib para buruh, petani dan nelayan di peringatan hari kemerdekaan Republik Indonesia. Ia menilai pihak-pihak tersebut masih jauh dari kata merdeka.

"Petani dan nelayan kita masih jauh dari kata merdeka. Bagaimana dengan nilai tukar nelayan dan petani, pekerja kita masih di bawah ekspetasi. Upah buruh kita termasuk upah buruh paling murah di dunia sebenarnya. Ini kan sangat menyedihkan," kata Riyono di halaman DPP PKS Jakarta Selatan, Sabtu (17/8/2019) seusai upacara bendera.

Di sektor maritim, kata pria asal Jawa Tengah itu, menjadi perhatian bersama bahwa maritim masih hanya sebatas slogan saja. "Belum masuk substansi bahwa Indonesia sebagai poros maritim dunia adalah kesejahteraan maritim kita. Sebanyak 0,03 persen nilai tukar nelayan tidak memiliki pengaruh apa-apa, masih jauh dari harapan kita," tegas dia.

"Secara lahiriah mungkin kita sudah merdeka. Tanggal 17 Agustus adalah momentum kebahagiaan rakyat Indonesia. Tetapi secara maknawiah kita belum merdeka. Ketimpangan ekonomi ini sangat luar biasa. Hakikat kemerdekaan adalah negara harus hadir dalam setiap problem dan setiap rakyat kita. Itulah sebenarnya kemerdekaan yang kita inginkan," kata Riyono menegaskan.