Survei IPI: Prabowo-Sohibul Iman Tertinggi Capres-Cawapres Pilihan Umat

Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto
Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman dan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto

JAKARTA -- Islamic Politician Index (IPI) Jakarta melakukan gali pendapat tokoh Ormas Islam mengenai calon pemimpin pilihan umat Islam pada Pilpres 2019 mendatang. Gali pendapat tersebut menggunakan metode Indepth Interview atau wawancara mendalam dengan melibatan korespondensi dari kalangan tokoh ormas dari berbagai daerah.

Direktur Eksekutif and Founder IPI Mohammad Sholeh menyampaikan dari hasil survei gali pendapat yang dilakukannya didapatkan tingkat potensi keterpilihan para pemimpin Islam menurut pilihan sementara para tokoh ormas.

Berikut adalah urut-urutan berbasis ranking Presiden-Wakil Presiden pada pilpres 2019 pilihan umat Islam versi IPI;

Prabowo Subianto - Sohibul Iman.
Agus Yudhoyono - Muhaimin Iskandar.
Prabowo Subianto - Anis Baswedan.
Prabowo Subianto - Hanafi Rais.
Prabowo Subianto - Habib Rizieq.
Prabowo Subianto - Harry Tanosudibyo.
Prabowo Subianto - Gatot Nurmantyo.

Menurut Sholeh giat pendapat yang dilakukan pihaknya secara serentak pada akhir April hingga minggu kedua Mei 2017. Ia menjelaskan giat pendapat tersebut berbasis sejumlah isu utama sebagai bahan wawancara mendalam terhadap para tokoh ormas.

"Sejumlah pertanyaan tersebut diantaranya menyangkut pasangan ideal Presiden-Wapres, politik yang memihak kaum Muslim, langkah dan kebijakan politik Jokowi terhadap Islam. Berikut adalah narasi laporan Informal Leader Opinion," ujar Sholeh dalam keterangan pers-nya di kantor IPI wisma Ciliwung, Bukit Duri Tanjakan, Tebet, Jakarta Selatan.

Sholeh mengatakan nama pesiden Joko Widodo hilang dalam Informal Leader Opinion di Surabaya. Surabaya sebagai salah satu basis NU sekaligus Demokrat, kata dia, berpotensi menjadi kantong kekuatan Muhaimin Iskandar dan Agus Yudhoyono.

"Langkah-langkah politik Jokowi dipandang tidak memihak, setengah hati dan tidak banyak menguntungkan umat Islam. Alih-alih menghitung kekuatan Islam, Jokowi justru lebih memilih Tionghoa sebagai afiliasi utama kebijakan dan dukungan. Begitu juga Malang dan Madiun. Eks-karesidenan Madiun adalah basis kuat mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)," paparnya.

Berbeda dengan di Surabaya, lanjut Sholeh, nama Jokowi hadir kokoh dalam Informal Leader Opinion dengan responden tokoh-tokoh NU di Semarang. Di satu sisi, kata dia, Semarang dan umumnya Jawa Tengah adalah basis Utama PDIP.

"Semarang konsisten menghendaki Jokowi melanjutkan kepemimpinannya untuk periode selanjutnya 2019-2024. Langkah-langkah politik Jokowi dipandang memihak dan menguntungkan umat Islam (NU). Menurut mereka, era kepemimpinan Jokowi lebih menguntungkan NU secara politik," ujarnya.

Bahkan, bahkan kata Sholeh, dibanding dengan era Gus dur sekalipun. Secara politik, Jokowi memberi NU/PKB/PPP enam jabatan menteri (Menteri desa, Menteri Sosial, Mentri Agama, Menteri Ristek/Dikti, Menteri Olahraga dan Menteri Tenaga Kerja), jumlah kementerian yang diberikan ke NU era Jokowi lebih banyak dibanding masa Gus Dur," paparnya.

Sholeh menambahkan responden tokoh ormas di Yogyakarta lebih menghendaki Presiden baru. "Sejumlah nama yang disodorkan sebagai Presiden-Wapres ideal pada Pilpres 2019 adalah Prabowo Subianto - Sohibul Iman, Prabowo Subianto - Anis Baswedan, serta Prabowo Subianto - Hanafi Rais," jelasnya.

Lebih lanjut Sholeh mengungkapkan terkait Pilpres 2019, tokoh-tokoh Islam di dua kota Tasikmalaya dan Bandung berikut kota di Jabar lebih menyodorkan pasangan Prabowo Subianto - Sohibul Iman. "Selebihnya, Prabowo Subianto - Anis Baswedan, Prabowo Subianto - Habib Rizieq, Prabowo Subianto - Gatot Nurmantyo. Tidak ada Jokowi - Ridwan kamil," terangnya.

sumber: Republika.co.id