PKS dan PB IDI Sepakat Kebijakan Soal Corona Bukan Sekadar Imbauan

Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman bersama Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini dan Ketua Umum PB IDI Dr Daeng M Faqih di Jakarta, Kamis (26/3) (M Hilal/PKSFoto)
Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman bersama Ketua Fraksi PKS Jazuli Juwaini dan Ketua Umum PB IDI Dr Daeng M Faqih di Jakarta, Kamis (26/3) (M Hilal/PKSFoto)

Jakarta -- Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman menekankan apapun kebijakan pemerintah soal Corona tidak boleh hanya sebatas imbauan tanpa adanya ketegasan dalam menerapkan.

Ia menyebut sejak awal PKS menyarankan agar dilakukan lockdown secara parsial di daerah-daerah yang tinggi mobilitas dengan luar negeri. Tetapi yang dipilih oleh Pemerintah saat ini adalah imbauan soal social distancing.

Ia menyebut baik lockdown parsial maupun social distancing tidak cocok dengan budaya bangsa Indonesia. Sehingga permasalahannya bukan soal ketidakcocokan budaya tetapi soal kedisiplinan dan kepatuhan masyarakat.

"Jadi yang harus dilakukan pemerintah mau mengambil lockdown wilayah atau mau mengambil social distancing itu adalah menindaklanjutinya dengan mendisiplikan warga dan warga patuh pada pemerintah," papar Sohibul usai pertemuan dengan PB IDI di Jakarta, Kamis (26/3/2020).

Sohibul Iman menegaskan pilihan pemerintah saat ini yakni social distancing akan tidak berdampak kala tidak ada penegakan aturan.

"Kami sepakat dengan Ketua Umum IDI. Kalau kita pilih social distancing tapi nggak ada enforcement, sama saja. Libatkanlah Babinsa, RT/RW, tetap enforcementnya harus tegas. Kebijakan jangan tanggung-tanggung," urainya.

Senada, Ketua Umum PB IDI Daeng M Faqih mengatakan Pemerintah harus melakukan penguatan dari kebijakan yang tidak diambil.

"Apa itu penguatan? kami meminta pemerintah tidak hanya mengimbau tapi melakukan pengawalan dan pengawasan. Dua yang kami minta untuk pengawalan dan pengawasan, satu social distancing jangan hanya diimbau untuk kesadaran masyarakat tapi betul-betul diawasi, dua karantina rumah itu betul betul diawasi karena karantina rumah ini strategis untuk memutus mata rantai," terang Daeng.

Daeng khawatir jika tidak ada penindakan yang tegas, peningkatan kasus akan terus berlimpah. Ia khawatir jika kasus terus naik tenaga kesehatan akan kewalahan dan terjadi seperti di uar negeri.

"Kapasitas pelayanan itu sudah terlampaui. Sekarang rumah sakit yang tersedia sudah terlampaui kapasitasnya itu jangan diulangi. Jadi mohon kalau lockdown tidak diambil, maka lakukanlah pengawasan yang ketat terhadap social distancing dan karantina rumah," ungkap Daeng.