Paralon dan Kisah Uun Hadapi Detik-detik Longsor

Presiden Partai Keadilan Sejahtera Mohamad Sohibul Iman saat membawa paralon untuk warga korban bencana longsor di Bogor, Kamis (09/01/2020). (M Hilal/PKSFoto)
Presiden Partai Keadilan Sejahtera Mohamad Sohibul Iman saat membawa paralon untuk warga korban bencana longsor di Bogor, Kamis (09/01/2020). (M Hilal/PKSFoto)

Bogor (9/1) - Ibu Uun (36) segera menggendong Bilqis, cucunya yang masih batita. Sementara Kodim, suaminya menggendong anak bontot yang masih usia dua tahun. Tepat ketika terdengar suara gemuruh yang menggelisahkan. Bambu-bambu tak lagi ambruk, tapi terseret oleh tanah.

"Warga dibangunin Pak RT lihat bambu-bambu pada turun. Hujan gede, warga pada diem di rumah. Lalu rumah mereka digedor-gedor Pak RT," tutur dia di pengungsian mushola di Gunung Koneng, Desa Jaya Raharja, Bogor (9/1/2020). Kawasan tempat dia mengungsi dan terkena bencana adalah kawasan terisolir. Susah dijangkau.

Seperti pada umumnya orang-orang yang terkena musibah, ia tak terpikirkan apa-apa selain memyelamatkan raga dan keluarga.
Hari Rabu habis malam tahun baru, warganya disambut dengan bencana.

"Nggak sempat bawa apa-apa. Uang kelindes. Nyelamatin cucu hanya dengan selimut. Longsornya nggak ngasih kode, langsung lhes!" tutur dia.

Untungnya, tutur dia, longsor terjadi pada pagi hari. Sekitar pukul enam pagi. Semua korban selamat karena sudah bangun dari tidur. "Kalau malam nggak tahu deh," ujar dia.

Selama di mushola, tempat yang diisi oleh para pengungsi, ia tak lagi memakai baju yang sama. Sama seperti pengungsi lainnya.

"Pakaian ini hasil dikasih. Makan dapat dari sembako," ungkap dia.

Maka, Uun menyambut dengan gembira ketika Partai Keadilan Sejahtera (PKS) memberikan beberapa paralon untuk korban longsor.

"Emang itu mintanya. Nomor satu: air. Karena air buat kebersihan.  Selama ini dapat dari sawah buat nyuci sama mandi," kata dia.

"Kebantu banget dapat peralon dari PKS," ujar Uun menambahkan, semringah.

Di tempat yang sama, Presiden PKS Mohamad Sohibul Iman menyebutkan bahwa pemerintah pusat dan daerah harus mengganti kerugian yang dialami korban.

Semua kerugian yang diderita oleh masyarakat, kata Sohibul, harus benar-benar ditolong oleh pemerintah pusat dan daerah sesegera mungkin. "Karena ini force majeure, mereka juga tidak menginginkan bencana ini. Sebagai pemerintah mereka harus hadir. Kalau tidak seluruhnya ya sebagiannya," kata Sohibul.

Uun masih tidak mengerti bagaimana ujung nasib rumahnya yang terendam tanah. Padahal rumahnya dua lantai.

Saat ditanya apakah ada rencana untuk balik ke rumah, ia balik mengajukan pertanyaan yang menanti jawaban tak pasti.

"Kalau rencana balik, ke mana baliknya? Menunggu ganti dari pemerintah?!" kata dia. Getir.