Kurikulum Pribadi Dibutuhkan Kader untuk Jadi Pembicara Andal

Jakarta (24/9) - Seorang pembicara harus mengerti benar waktu yang tersedia dan apa tujuan yang dibicarakannya. Lima menit atau berapa menit itu tergantung pada pembicara. Yang kedua harus jujur. Untuk itu pembicara harus mengerti kurikulum pribadi (self curriculum) dalam pengembangan diri.

Hal tersebut dikatakan oleh trainer dan konsultan dari Trustco Jakarta BS. Wibowo, MARS. MM dalam Diklat Penokohan sesi 2 dengan tema Public Speaking dan Media Relation yang diadakan oleh Bidang Perempuan dan Ketahanan Keluarga (BPKK) DPP PKS.

"Jujur itu adalah harus instropeksi, man arafa nafsahu faqad arafa rabbahu. Siapa yang mengenal dirinya maka akan mengenal penciptanya. Saya itu mau kayak apa, seperti apa scorenya. Antara now dan next inilah yang menjadi self-curriculum. Setiap kita punya kurikulum yang berbeda karena startnya berbeda-beda," kata Wibowo di Aula Gedung DPP PKS, Jakarta Selatan, Sabtu (24/9).

Wibowo memaparkan tentang sepak terjang diri, ada yang jam terbangnya luar biasa, ada yang ikut seminar agar mendapat legal formal saja. Ada juga yang supaya mendapat sertifikat. Tapi ada pula yang pemula, nanti nunggu latihan saja.

"Oleh karena itu, saran saya kita harus bercermin dan yang paling bagus dalam pelajari pribadi adalah melakukan hal ini. Untuk mendapatkan best life dan kompetisi saat ini supaya targetnya tercapai. Tapi cerminnya harus jujur memakai cermin datar, jangan pakai cermin cembung atau cermin cekung. Apalagi kalau salah cermin, seakan penceramah yang hebat. Setelah bercermin, kita perlu mengidentikasi diri kita untuk proses pelatihan ini gampang dan cepat," ujarnya.

Wibowo meminta peserta untuk mengambil kertas dengan warna berbeda, lalu diminta menuliskan tentang potensi positif di satu kertas dan kekurangan atau kendala di kertas yang berbeda.

"Nanti ditempel kertas itu, supaya ketahuan. Diantara kondisi dan harapan inilah yang dinamakan kurikulum pribadi (self curriculum) untuk self learning dalam keseharian. Itu kuncinya. Orang profesional pernah berbuat kesalahan tetap saja ada rasa takut, grogi, cemas dan emosi. Tapi yang paling bagus adalah mengidentifikasi kelemahan dan segera merecovery ketika minder. Kuncinya adalah mengenali diri kita positif dan negatifnya, maka akan menemukan hal yang terbaik," kata Wibowo.

Dengan banyak berlatih, kata dia, merupakan kunci terpendek untuk mendapatkan kemahiran. Sebab, semakin diulang-ulang semakin lancar.

"Tak ada jalan lain kecuali dengan banyak berlatih. Setelah acara hari ini kita mulai berceramah dengan ilmu yang dulu tanpa ilmu berceramah dan memperbanyak jam terbang. Karena jam terbang tanpa ilmu hanya akan trial and error," gagasnya.

Diklat yang diadakan BPKK tersebut difasilitasi oleh Tim Trustco dan beberapa narasumber seperti Sekjen DPP PKS Mustafa Kamal, Nani Handayani (Super Ustadzah) dan motivator yang juga Ketua Dapartemen Peningkatan Kapasitas Kader Perempuan BPKK DPP Dwi Septiawati (Super Coach). Training yang mengandung 8 konten diantaranya tehnik menjadi MC, menguasai audiens, berbicara penuh wibawa, menjadi pembicara seminar, menjadi peserta aktif, membuat rilis dan tehnik wawancara di media serta membuat laporan kegiatan. Agenda itu diikuti oleh 60 tokoh perempuan PKS perwakilan wilayah Banjabar dan DKI Jakarta. (msm)