Jalan Juang Latu "Jampang Anak Jalanan" yang Siap Jadi Legislator PKS

Bekasi (20/7) - Apa yang terbersit di kepala ketika menyebut anak motor atau anak jalanan? Tidak sedikit yang skeptis dan memandang sebelah mata. Latu Har Hary mematahkan tudingan buruk itu semua. Nyatanya ia bisa berkontribusi banyak untuk dunia pendidikan dan siap berjuang di medan legislatif.

"Aspirasi masyarakat itu banyak tapi hasilnya yang dirasakan masyarakat sangat sedikit. Karena anggota parlemen mereka banyak yang sudah jadi namun lupa untuk turun ke masyarakat," kata jebolan Fakultas Desain dan Seni Rupa Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) jurusan Desain Komunikasi Visual ini, di Bekasi, Jumat (20/7/2018).

Pria yang dikenal dengan "Bang Jampang Anak Jalanan"--karena memiliki motor bernama Si Jampang-- ini cuma ingin menjadi pelayan masyarakat bukan anggota (pejabat) dewan, yang nomor ponselnya bisa dihubungi kapan pun, "Bisa standby di manapun apabila ada warga yang membutuhkan," kata dia.

Tugas legislasi menurutnya adalah sunnah muakadah. Intinya ia ingin lebih memperjuangkan isu pendidikan dan memperjuangkan aspirasi masyarakat, pemuda pada khususnya. Ia ingin memberikan jalan kreativitas yang seluas-luasnya bagi anak muda untuk kemajuan dan kemandirian mereka. "Membangun entrepreneurship untuk masyarakat pada umumnya serta anak muda pada khususnya," kata dia.

Sudah lama ia mengaku berkecimpung di kegiatan sosial yang sarat dengan kontribusi untuk masyarakat marjinal. Contohnya ia membuat komunitas Pemuda Beken akronim dari Berdikari, Kreatif dan Keren. Beken juga ia artikan sebagai Bekasi keren. Sebuah komunitas untuk tempat sinergi anak-anak muda Kota Bekasi.

Selain itu ia dan teman-temannya menggagas Sekolah Dhuafa dan Taman Baca Embun Pagi di Jatirasa, Jati Asih, Bekasi. Soal ini, Latu yang sebagai founder menuturkan bahwa sejarahnya sangat panjang dan berdasarkan modal nekat.

"Insya Allah sekarang sudah mau tahun ke delapan. Dari gagasan sederhana pengin bantu warga yang nggak mampu. Modal nekat sama teman-teman. Nggak punya pengalaman banyak di pendidikan sampai Allah bukakan jalanNya. Semua fasilitas pendidikan di Sekolah Dhuafa gratis. Kami coba subsidi semampu kita. Karena saya selalu percaya, Allah akan kasih jalan rizki yang nggak kita duga dan kalau memang kita yakin. Syaratnya cuma satu yakni yakin," ungkap Latu yang maju dari Dapil Jati Asih-Jatisampurna.

Tenaga pengajar dari warga binaan yang memang mereka berdayakan dan diberikan pelatihan. Saat ini tenaga pengajarnya ada lima orang guru dan satu kepala sekolah.

"Sekolah ini juga sekaligus rumah baca. Kami buka dari hari Senin-Rabu untuk rumah baca dan diperuntukkan buat warga sekitar yang ingin mendapatkan referensi buku-buku bacaan yang bagus-bagus," kata dia.

Latu memang memiliki kegemaran yang "laki banget". Selain menyukai touring, ia juga gemar mendaki gunung. Tak terbilang sudah berapa gunung di Jawa yang telah ia daki. Gunung terakhir kali yang ia daki adalah Rinjani. "Tinggal Kerinci dan Jayawijaya saja nih yang belum kesampaian. Selebihnya kalau yang di pulau Jawa sudah semua," tutur bapak tiga anak ini.