HNW: Jangan Mubazirkan Hak Pilih Kita

Ilustrasi (Juliyanto/PKSFoto)
Ilustrasi (Juliyanto/PKSFoto)

Di hadapan ratusan anggota Serikat Pekerja Nasional (SPN), Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid (HNW) mengatakan, dirinya untuk kedua kalinya bertemu dengan mereka dalam acara yang sama. “Ini Sosialisasi Empat Pilar yang kedua dengan SPN,” ujarnya ketika mengawali pemaparan sosialisasi.

Dalam acara yang diselenggarakan di Tigaraksa, Kabupaten Tangerang, Banten, 8 November 2018, itu HNW mengungkapkan sosialisasi yang dilakukan oleh MPR merupakan amanat dari UU. No. 17 Tahun 2014 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD. “Dengan demikian kita menjalankan undang-undang,” ujarnya. Dengan melakukan sosialisasi, menurut Wakil Ketua Badan Wakaf Pondok Pesantren Gontor itu, MPR telah mematuhi aturan hukum yang ada, sehingga rakyat menjadi percaya.

Dalam melakukan sosialisasi, MPR menggunakan berbagai metode seperti lewat cerdas cermat, outbond, focus group discussion, training of trainer, legal drafting, debat konstitusi, seni dan budaya, serta metode lainnya. HNW merasa kagum saat lomba cerdas cermat Empat Pilar yang pesertanya datang dari kalangan pelajar SMA. Mereka bisa hafal UUD NRI Tahun 1945, istilahnya dari A sampai Z. “Luar biasa,” ucapnya.

Lebih lanjut dikatakan, sosialisasi yang dilakukan itu bekerja sama dengan berbagai pihak seperti guru, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah daerah, perguruan tinggi, TNI, Polri, pekerja atau buruh, dan komponen masyarakat lainnya. “Dari semua yang dilakukan menunjukkan, posisi sosialisasi sangat jelas legal hukumnya,” ujar pria asal Klaten, Jawa Tengah, itu.

Dalam sosialisasi yang juga dihadiri oleh Ketua SPN Banten, Ahmad Syaukani, itu HNW memaparkan bagaimana proses lahirnya Pancasila. Proses itu dimulai dari pidato Bung Karno dalam Sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945, kemudian Pancasila 22 Juni 1945, hingga 18 Agustus 1945. “Proses lahirnya Pancasila melalui suasana yang sangat demokratis,” tuturnya.

Ada saran dan masukan dalam proses itu seperti apa yang hendak dinamakan dari lima gagasan besar yang dilontarkan Bung Karno. Pancasila dilahirkan oleh berbagai kalangan dengan latar suku, agama, profesi, yang beragam untuk menyepakati dan bertanggung jawab dalam membentuk satu kebersamaan, Indonesia.

Untuk itu, sosialisasi yang digelar ditujukan untuk meningkatkan rasa cinta seluruh komponen bangsa kepada Indonesia. Sebagaimana proses lahirnya Pancasila oleh golongan Islam dan kebangsaan, maka dengan sosialisasi masalah yang dihadapi bangsa ini yakni islamophobia dan kebangsaan phobia tidak terjadi. “Supaya tidak terjadi fitnah antar golongan,” ucapnya. Dikatakan, kontribusi kelompok Islam kepada bangsa dan negara sangat penting dan mendasar, demikian juga kontribusi dari kelompok kebangsaan.

Bila ada kritik dan perdebatan, itu diharapkan untuk memperbaiki kondisi bangsa dan negara. “Pendiri bangsa dahulu mengkritik dengan  baik dan benar,” katanya. Kritik dianggap oleh HNW sebagai bukti  rasa cinta kepada bangsa dan negara. Dalam kritik biasanya ingin terciptanya sebuah tatanan yang adil. “Soal keadilan, dalam Pancasila disebut dua kali, pada SIla II dan Sila V,” ujarnya.

Sumber: Tempo.co