Gelar Aksi Bagi Ikan, Anggota DPRD Jateng Soroti Kegagalan Poros Maritim Jokowi

Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah, Riyono
Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah, Riyono

Semarang (6/4) - Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Tengah, Riyono menggelar aksi bagi 100 ikan untuk masyarakat Kota Semarang pada Kamis (6/4/2017) di seputaran Jalan Pahlawan, tugu Air Mancur Kota Semarang.

Dalam keterangannya di sela aksi bagi ikan ini, Riyono mengatakan bahwa dengan agenda bagi  ikan ke masyarakat ini, dirinya berharap perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan nelayan semakin baik seiring peringatan hari nelayan, yang jatuh pada hari ini.

Disisi lain, Riyono juga menyoroti agenda poros maritim Presiden Joko Widodo. Saat ini, menurut Riyono banyak terjadi perampasan ruang laut seperti Kasus reklamasi dan semakim sulitnya akses nelayan kecil membuat luka bagi poros maritim.

“Sengkarutnya berbagai peraturan yg membuat nelayan dan industri perikanan semakin terjepit dan stuck sangat merugikan negara. Kerugian akibat permen 2/2015 membuat hampir 253 ribu pekerja terkena dampaknya, mulai dari buruh kapal sampai bakul-bakul kecil dan nelayan-nelayan tradisional, bahkan kerugian produksi mencapai hampir 333,12 juta dolar AS per 2014. Ini baru di Jateng, belum nasional, apakah ini namanya poros maritim yang cinta nelayan?,”katanya.

Menurut Riyono, amanat UU 32/2014 tentang Kelautan dan UU 7/2016 tentang Pemberdayaan Nelayan untuk mensejahterakan nelayan dan masyarakat pesisir baru mimpi di siang bolong yang semakin jauh dari harapan.

“Kalau nelayan belum sejahtera, belum terlindungi ya bagaimana ketersediaan ikan juga ideal, sehingga penting sekali perhatian pemerintah terhadap kesejahteraan para nelayan yang menangkap ikan, dengan tujuan agar dengan hasil produksi tangkapan ikan yang banyak, menjadikan harga ikan terjangkau dan bisa dinikmati oleh semua kalangan,”kata anggota Komisi B DPRD Jateng ini.

Disisi lain, Riyono mengatakan bahwa kondisi nelayan sudah sepatutnya didorong agar lebih sejahtera, salah satunya dengan peningkatan konsumsi ikan.

“Kondisi nelayan Indonesia saat ini masih terus dirundung permasalahan, khususnya permasalahan kemiskinan. Kemiskinan yang terus melanda sektor nelayan ini dari jumlah rakyat miskin di Indonesia berjumlah 31,02 juta jiwa, sebanyak 7,87 juta jiwa adalah nelayan, ”tandasnya Alumnus fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Diponegoro ini.

Sehingga, dengan menyukseskan gemari ini, Riyono mengatakan masyarakat secara tak langsung ikut melestarikan laut dan membantu kesejahteraan nelayan Indonesia. Karena, ikan yang ada di lautan itu memiliki umur yang terbatas.“Jadi, ikan itu memang ada untuk dikonsumsi oleh manusia. Dengan dikonsumsi, maka mereka akan terus berkembang biak,” jelas dia.

Selain itu, alasan lain dirinya menggelar aksi bagi ikan ini adalah sebagai upaya penyadaran masyarakat untuk menyukai ikan untuk dikonsumsi setiap hari.

“Aksi bagi sebanyak 2100 ikan dengan jenis bandeng dan bawal ini adalah murni keinginan kami, baik sebagai anggota Komisi B dan juga sebagai aktivis nelayan kecil, sehingga aksi ini adalah pemantik, agar kedepan masyarakat turut menyukseskan one day one fish, dengan harapan satu keluarga minimal sehari makan satu ikan,  karena kita mengetahui juga bahwa ikan merupakan salah satu makanan yang mempunyai protein tinggi dan sangat penting untuk kecerdasan seseorang”jelasnya.

Di Jateng, kata legislator Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini, konsumsi ikan masyarakat masih masuk kategori rendah, sehingga menurutnya perlu pembiasaan dan pembudayaan di kalangan masyarakat.

Untuk tingkat nasional, Riyono juga, daya konsumsi masyarakat Indonesia terhadap ikan masih jauh di bawah rerata masyarakat Jepang. Saat ini, tingkat konsumsi ikan di Indonesia masih sekitar 40 kilogram per tahun per orang, dan sementara di Jepang sudah mencapai 80 kg per orang per tahun.“Konsumsi Ikan di Jateng pada 2105 sebesar 23,64/kg per kapita per tahun, dan tergolong masih rendah dari rata-rata nasional yang mencapai 41,11/kg per kapita per tahun, sehingga ini wajib ditingkatkan,”pungkasnya.