Forum G7, Momentum Indonesia Dorong Kemitraan Strategis

Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Rofi Munawar
Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Rofi Munawar

Jakarta (28/5) – Wakil Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI Rofi Munawar meminta Presiden Jokowi untuk menjadikan Forum G7 sebagai momentum Indonesia untuk mendorong Kemitraan Strategis dengan negara-negara maju.

Hal itu perlu diupayakan guna mendorong pertumbuhan ekonomi nasional dengan cara membawa misi ekonomi yang lebih konkret serta produktif.

“Presiden Jokowi harus menjadikan momentum pertemuan G7 sebagai sarana mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara khusus, meneguhkan peran strategis Indonesia di kawasan dan membangun alternatif investasi terhadap berbagai komoditas nasional,” jelas Rofi Munawar di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (27/5).

Diketahui, Forum G7 adalah pertemuan 7 (tujuh) negara yang merepresentasikan lebih dari 64 persen kekayaan dunia (U$ 263 triliun) menurut International Monetary Fund (IMF). Ketujuh negara tersebut adalah Kanada, Prancis, Jerman, Itali, Jepang, dan Amerika Serikat. Forum G7 kali ini diselenggarakan di Ise-Shima Prefektur Mie, Jepang pada 26-27 Mei 2016.

Oleh karena itu, jelas Rofi, Presiden Jokowi bisa menyampaikan masukan mengenai kondisi ekonomi negara-negara berkembang, agar negara-negara maju tersebut memiliki kesadaran terhadap pembangunan di negara-negara berkembang, khususnya pembangunan berkelanjutan, kesejahteraan, dan kesehatan global.

“Presiden Jokowi harus memanfaatkan kesempatan bertemu dengan pemimpin G7 dan negara lain yg diundang. Presiden punya kesempatan membangun komunikasi dan Kerja sama dengan pemimpin negara yang hadir,” papar Legislator PKS dari Daerah Pemilihan Jawa Timur VII ini.

Rofi menambahkan, secara khusus, Presiden Jokowi perlu membangun komunikasi lebih intensif dengan PM Jepang Shinzo Abe untuk membangun kerjasama ekonomi yang lebih produktif.

“Yaitu, memerbaharui banyak kerjasama yang sudah jatuh tempo, serta mengundang kembali investro Jepang untuk berinvestasi kembali di Indonesia,” tambah Rofi.

Selain itu, Rofi mengingatkan kehadiran Indonesia dalam Forum G7 ini hanya bersifat outreach meeting. Artinya, kehadiran Indonesia dinilai sebagai negara di luar G7 yang memiliki kendala ekonomi secara struktural dan memiliki hambatan komunikasi dengan Negara G7.

Diketahui, Forum G7 kali ini adalah momen pertama Indonesia diundang untuk berpartisipasi karena dinilai mencerminkan pandangan negara-negara anggota terhadap peran Indonesia sebagai salah satu negara besar di Asia. Turut diundang pula Bangladesh, Laos, Papua Nugini, Sri Lanka, Vietnam, dan Chad juga turut diundang dalam pertemuan ini.

“Kesempatan Presiden Jokowi untuk bertemu dengan pemimpin negara-negara G7 disadari sangat terbatas, karenanya dapat melakukan alternatif pertemuan dengan negara-negara non G7. Meskipun, negara di luar G7 tidak signifkan secara transaksi perdagangan, namun usaha diplomatik layak dilakukan secara optimal,” tegas Rofi.