Dua Putri Aceh Juara Nasional

JAKARTA (3/6) - Dua putri Aceh, Sherly Annavita dan Nadira Sabrina Mufti, dalam waktu dan ajang yang berbeda, meraih juara tingkat nasional. Sherly meraih juara I Lomba Penulisan Kebangsaan Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DPR RI. Sementara Nadira meraih juara III Pelajar Pelopor Keselamatan Lalulintas yang dilaksanakan Kementerian Perhubungan, 27-29 Mei 2015 di Bogor.

Sherly meraih juara I Lomba Penulisan Kebangsaan Fraksi PKS DPR RI untuk kategori umum. Lomba itu digelar dalam rangka Milad ke-17 PKS. Pengumuman pemenang dan penyerahan hadiah dilaksanakan di Ruang Fraksi PKS DPR RI, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (3/6). Lomba tersebut terbagi menjadi tiga kategori. Untuk kategori mahasiswa juara I diraih Zinal Airlangga dari UI, dan kategori ibu rumah tangga diraih Nafta Chaustine Fatahillah.

Sherly, lahir di Lhokseumawe, 12 September 1992, menyertakan karya tulis berjudul “Islam dan Modernitas: Refleksi Pola Fikir dan Moral Masyarakat Indonesia dalam Kehidupan Bernegara.” Atas kemenangan itu Sherly berhak atas hadiah Rp 7,5 juta.

“Alhamdulillah, saya bersyukur atas kemenangan ini,” kata Sherly usai penyerahan hadiah.

Anggota Fraksi PKS DPR RI, M Nasir Djamil memuji potensi Sherly sebagai generasi muda yang cemerlang.

“Kita mendorong generasi muda Aceh terus tumbuh dan berkembangan dalam dunia kepenulisan ilmiah,” komentar Nasir Djamil.

Sherly menjalani pendidikan sekolah menengah di Arun, Lhokseumawe, dan melanjutkan pendidikan di Universitas Paramadina, Jurusan Hubungan Internasional. Pada usia 14 tahun Sherly menjadi finalis Pildacil Lativi dan meraih gelar “best speaker.”

Sherly menjelaskan, persoalan utama di Indonesia berangkat dari pola fikir masyarakatnya.

“Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Tapi pola pikir Islam tidak muncul dalam kehidupan bernegara,” katanya.

Menggunakan teori modernitas yang membahas tentang kebenaran subjektif, Sherly menyatakan, justru persoalan itu muncul karena menganut kebenaran subjektif, di mana semua orang berhak mengatakan kebenarannya sendiri.

“Padahal kebenaran itu bersifat mutlak,” sebutnya.

Menurut Sherly, ada dua masalah besar bangsa ini yang harus dituntaskan. Pertama pola pikir dan keyakinan masyarakat khususnya muslim tentang kebenaran mutlak tadi, dan kedua pemimpin sebagai corong dari masyarakat dalam menentukan aturan.

“Pendidikan merupakan sarana utama untuk mengubah pola fikir tersebut, utamanya pendidikan dalam keluarga,” pungkas Sherly.

Keterangan foto: Sherly (4 dari kiri), menerima Rp 7,5 juta, hadiah lomba penulisan kebangsaan Fraksi PKS, Rabu (3/6) di ruang Fraksi PKS DPR, Senayan, Jakarta.

Sumber: http://aceh.tribunnews.com