Daerah Diminta Kembangkan Merek Lokal

Ketua Majelis Syuro PKS kunjungi pusat batik di Pekalangon (ilustrasi: Adhi Haryanto/PKSFoto)
Ketua Majelis Syuro PKS kunjungi pusat batik di Pekalangon (ilustrasi: Adhi Haryanto/PKSFoto)
Jakarta (14/3) – Wakil Ketua Komisi X DPR RI Fikri Faqih meminta pemerintah daerah untuk lebih memerkenalkan dan mengembangkan potensi produk-produk unggulan di wilayahnya dengan merk-merk lokal.

“Merk impor ini sudah banyak yang kita besarkan, sedangkan merek lokal malah terbenam,” kata Fikri di Jakarta, Selasa (14/3).

Fikri menambahkan, kualitas produk lokal sebenarnya bagus, hanya mereknya yang kalah bersaing dibanding merek impor. “Padahal pembuatnya sama, made in Indonesia” imbuh politisi PKS dari Dapil Tegal-Brebes ini.

Dia menuturkan, merek-merek terkenal yang menguasai dunia dengan harga yang tentunya fantastis pernah dicetak dengan tulisan ‘made in Indonesia’. Hal itu menunjukkan bahwa kualitas pekerja dan buatan dalam negeri sudah diakui dunia. Sayangnya kini, merk impor tersebut sudah mengalihkan pabriknya ke negeri tetangga, seperti Vietnam, karena dianggap biaya pekerja dan produksinya lebih murah. “Itulah akibatnya bila masyarakat Cuma jadi komoditas, tidak punya hak atas merek,” urainya.

Dia mencontohkan, Tegal disebut dengan Jepangnya Indonesia. Karena hal yang menyangkut permesinan dan suku cadang dari logam bisa dibuat di Tegal. “Tapi sayangnya tidak ada merek mobil atau motor dari Tegal, ini menjadi pekerjaan rumah pemerintah daerah agar mengoptimalkan potensinya,” pintanya.

Oleh karena itu, Fikri berharap Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) RI dapat terus memberikan pendampingan kepada seluruh pelaku usaha kreatif agar dapat menemukan solusi permodalan serta menularkan ilmunya kepada yang lain.

Diketahui, dalam seminar yang diselenggarakan oleh Bekraf RI di Tegal, Jawa Tengah, beberapa hari kemarin, Deputi Akses Permodalan Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) RI Fajar Hutomo menuturkan beberapa produk dengan merk dunia, memang sudah di produksi di dalam negeri. Misalnya, beberapa merek sepatu dan tas terkenal yang dipasarkan di eropa. “Tapi tidak ada yang merek sendiri, semua milik asing,” ujarnya.

Fajar menguraikan, dulu orang Eropa menyebut minum kopi dengan sebutan ‘a cup of java’. Artinya, kopi Indonesia sangat dikenal. Tapi kini, merek kopi luar negeri lebih akrab ditelinga dibanding kopi-kopi lokal yang lebih beragam jenisnya itu. Karena itulah, menurut dia, tugas Bekraf agar memfasilitasi merek lokal agar bisa lebih mendunia.