Cerita Habib Salim Saat Mendapatkan Proposal Ternak Babi

Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Al Jufri (PKSFoto)
Ketua Majelis Syuro PKS Habib Salim Segaf Al Jufri (PKSFoto)

Jakarta (7/12) - Ketua Majelis Syura PKS Habib Salim Segaf Aljufrie mengingatkan para kader dan umat Islam bahwa PKS hadir untuk mencetak pemimpin-pemimpin yang mencintai negeri dan rakyatnya.

"Kita ingin melahirkan pemimpin-pemimpin yang cinta negeri ini dan cinta kepada rakyat. Siapapun rakyatnya. Mau muslim, mau non muslim, cintai," kata Habib Salim saat menjadi keynote speaker di diskusi publik dengan tajuk "Penguatan Orientasi Fiqh dan Wasathy" di Gedung DPP PKS, Jakarta Selatan, Sabtu (7/12/2019)

Habib memiliki cerita saat dirinya menjadi Menteri Sosial era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Dirinya mendapatkan tugas kunjungan ke Bali. Di lokasi yang dikunjungi tidak sedikit warga yang beternak babi.

"Di Bali masyarakat mungkin ngetes mengajukan proposal ternak babi. Dia tahu menterinya PKS. Saya tanya sana-sini, oh mereka memang begitu, akhirnya kaget mereka. Setuju. Tapi catatan saya, saya bilang 'tahun depan saya akan datang, kamu berhasil atau tidak'," tutur dia.

Mereka bingung, Menterinya dari PKS kok memperbolehkan beternak babi. Habib menjelaskan, "Kalau kamu bisnisnya narkoba, minuman keras, saya larang. Kalau itu (beternak babi) dalam agama kamu diperbolehkan, silakan."

Tahun berikutnya, Habib datang kembali, babi-babi yang diternak itu sudah ada 11 atau 12 anaknya. "Babi-babi itu bangun. Mungkin mereka tahu itu bantuan dari Menteri Sosial, mungkin dia mencium. Berhasil mereka," kata dia.

Jadi, kata Habib, tidak urusan dengan perbedaan agama atau keyakinan. "Siapapun agamanya, siapapun orangnya, semua dapat perhatian dari negara.

Ia mengatakan PKS hadir di negeri ini sebagai partai politik yang memiliki etika dan punya konsistensi dan tidak pragmatis.

"Kalau cari uang-uang saja, ya udah bikin bisnis, bukan bikin partai politik. Dan kesempatan untuk mengubah lewat partai politik, tidak cukup dengan ormas. Kalau kita tidak ikut serta dalam perpolitikan di negeri ini, naudzubillah, nanti pemimpin-pemimpin bangsa ini ya liberal, sekuler. Sayang, umat Islam terbesar di dunia akhirnya tidak berperan untuk negerinya sendiri atau pun dunia. Kalau Allah SWT sudah memberikan kesempatan," nasihat Habib.