Aher: Waspada Pergerakan Tanah

Ahmad Heryawan beserta istri (ilustrasi)
Ahmad Heryawan beserta istri (ilustrasi)

Bandung (28/2/2017) - Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan (Aher) mengimbau peningkatan kewaspadaan semua pihak di 27 kota/kabupaten akan pergerakan tanah dalam beberapa pekan depan.

Menurutnya, kewaspadaan diperlukan terutama pada daerah dengan historis pergerakan tanah. Pun demikian, daerah yang tak punya jejak rekam jangan terlena, karena bencana imbas pergerakan tanah bisa terjadi di mana saja.

Aher mengatakan tersebut setelah menerima laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi awal pekan ini terkait aktivitas gunung api dan gerakan tanah di beberapa wilayah di Indonesia termasuk Jawa Barat. Laporan mengacu pergerakan pada periode Januari hingga Februari 2017 serta rekomendasi mitigasi.

"Berdasarkan laporan Kepala Pusat Vulkanologi Kasbani, tujuh gunung api di Jawa Barat berstatus normal atau belum menunjukan adanya peningkatan aktivitas. Tapi sepanjang dua bulan terakhir di tahun 2017 ini, Jawa Barat telah mengalami sekitar 20 kali kejadian gerakan tanah. Karena itu, semua pihak waspada," katanya di Bogor, Selasa (28/02/17).

Jawa Barat, kata dia, merupakan daerah yang paling sering terlanda gerakan tanah, yakni dengan angka 108 kejadian dari total 220 kejadian gerakan tanah di Indonesia pada tahun 2016.

Bahkan, Jawa Barat sempat mengalami kejadian gerakan tanah tertinggi di tahun 2010, yakni sebanyak 113 kali disusul oleh Jawa Timur dengan 22 kejadian dan Jawa Tengah dengan 16 kejadian. Gerakan tanah tersebut dipengaruhi oleh faktor geologi, morfologi, curah hujan, jumlah penduduk, dan kegiatan penduduk.

Menurut Aher, Badan Geologi pun sudah mengeluarkan early warning system untuk setiap kabupaten di Jawa Barat yang potensial mengalami gerakan tanah. Salah satu pemicu gerakan tanah adalah tingginya curah hujan dengan durasi lama.

Maka dari itu, diterbitkanlah peta prakiraan potensi gerakan tanah longsor dalam satu bulan kedepan yang disebarkan ke setiap pemerintah daerah.

"Beberapa daerah di Jabar mengalami perulangan kejadian gerakan tanah, maka diperlukan peraturan daerah terkait penataan ruang, peningkatan pemahaman bahaya gerakan tanah, rekayasa teknis dalam penanganan kejadian gerakan tanah, dan penataan ruang berbasis peta zona kerentanan gerakan tanah,” katanya.

Aher meminta pemda dan masyarakat Jabar mengikuti rekomendasi mitigasi dari Badan Geologi dalam menindaklanjuti potensi gempabumi. Antara lain membangun bangunan strategis yang tahan terhadap gempa untuk berkonsentrasinya banyak manusia, tidak membangun permukiman di atas dan di bawah tebing, dan tidak mendirikan bangunan di atas tanah tumbuan yang tidak memenuhi tingkat kepadatan yang sesuai.

Kemudian, pemetaan mikrozonasi, membangun kewaspadaan masyarakat dan pemerintah daerah melalui pelatihan antisipasi, meyiapkan alur dan tempat evakuasi bencana, menyelenggarakan pendidikan dini tentang gempa bumi, dan membangun alur evakuasi.

Untuk tingkat aktivitas gunung api di Jawa Barat, tidak terdapat peningkatan aktivitas dan tidak ada kejadian yang menimbulkan korban, baik dari pengunjung ataupun wisatawan.

Beberapa Gunung Api di Jawa Barat seperti Gunung Salak, Gunung Gede, Gunung Papandayan, Gunung Guntur, Gunung Galunggung, Gunung Ciremai, dan Gunung Tangkuban Perahu berada pada level 1 atau berstatus normal.

Tujuh gunung api di Jawa Barat memang normal, tetapi tentu juga akan mengeluarkan magma dan tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Ini dapat meletus kapan saja. Badan Vulkanologi tetap memantau kondisi di setiap gunung tersebut secara visual. Maka, Pemprov mengeluarkan himbauan kepada publik sebagai upaya mitigasi.